Catatan Ringan

Lebaran, Silaturahim : Belajar dan Introspeksi

Selayaknya keumuman yang terjadi, saat Ied Fitri adalah masa berkumpul keluarga. Tidak hanya keluarga inti, bahkan keluarga besar, dengan panca kaki silsilah yang sudah bercabang banyak dan panjang. Buat kami, ini momen yang tepat untuk mengenalkan silsilah keluarga pada anak. Istilahnya, agar tidak “padam obor”.

Senangnya ketika berjumpa sepupu sepupunya nenek yang tinggal ternyata satu wilayah dengan kita. Atau ternyata, ada diantara keponakan sepupu ayah yang sama-sama bekerja di daerah yang berdekatan. Seringkali terlontar kata “Ooo… Ternyata…. “, “dunia sempit ya… “. Tak kenal maka tak sayang. Manisnya sebuah silaturahim yang mendekatkan hati yang tadinya berjauhan.

Ada hal yang juga menarik buat saya selama berkumpul keluarga ini. Saya seringkali mengamati hubungan atau relasi interpersonal yang terjalin pada sebuah keluarga inti. Saya bisa berlama-lama mengamati ayah yang sedang bersama anak balitanya, atau ibu yang ditempel terus oleh anak pre aqil baligh nya, atau anak balita yang asik bermain sendiri di pinggir kolam sementara mama papanya berjauhan dan sibuk sendiri. Atau mengamati anak awal sekolah yang merajuk meminta sesuatu. Dan yang tak pernah luput, saya memperhatikan bagaimana anak sulung kami bermain dengan saudara-saudaranya yang lebih tua. Saya pun terpukau dengan cara anak tengah kami melakukan negosiasi agar saudaranya mau meminjamkan mainannya. Semuanya memberikan banyak ilmu. Dan yang selalu mengundang tawa, saya memperhatikan anak bungsu tidak jadi, mencari perhatian kakak-kakaknya agar mau mengajaknya ikut serta dalam permainan mereka.

Dan saya pun membuat catatan kecil untuk bahan belajar dan introspeksi diri sendiri juga keluarga inti kami. Setiap keluarga memiliki kekhasan dalam pengasuhan terhadap anak-anaknya. Bagi kami, setiap langkah dan perilaku diupayakan selaras dengan visi misi keluarga.

Ajang kumpul-kumpul di rumah nenek bagi anak-anak, merupakan hal yang sangat menyenangkan. Bertemu dengan sepupu-sepupu, saudara jauh dan melakukan berbagai aktivitas bersama selama berada di rumah nenek. Namun, terselip kekhawatiran dalam hati saya, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu didepan gawainya. Bergerombol di satu pojok ruangan. Asyik sendiri sementara orangtuanya pun sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sebenarnya saya dan suami sudah membuat persiapan menghadapi situasi seperti ini. Kami membawa 2 kotak besar buku-buku bacaan anak-anak. Anak sulung dan adik-adiknya menjadi pemberi komando bagi sepupu dan saudara-saudaranya untuk beralih dari bermain gawai. Dan saya pun mengajarkan untuk menggunakan teknik read aloud untuk menarik perhatian teman-teman dan saudara-saudara.

Namun, tidak semudah yang dibayangkan. Mereka bisa beralih hanya bertahan tidak lebih dari setengah jam. Kemudian kembali ke gawai. Ayah anak-anak mengusulkan mereka bermain sepeda atau sepak bola di luar. Anak laki-laki diharapkan bisa menghabiskan waktunya di permainan ini. Ternyata pun tidak bertahan lama. Kami harus selalu memutar otak mencari berbagai aktivitas untuk menjauhkan gawai dari anak-anak.

Sayangnya, tidak semua orang tua berpendapat sama dengan kami. Sebagian besar tidak merasa bermain gawai tidaklah merugikan anak. Ada yang berpendapat anak-anak sesekali perlu dikenalkan teknologi agar tidak kuper, tapi yang terjadi anak diperbudak teknologi 😢. Ada juga yang berpikiran selama dilakukan di depan mata, tidak masalah. Padahal ayah bunda tidak tahu yang dilakukan anak. Sediiihhh sekali. Tapi saya dan suami tidak menyerah. Kami berupaya menguatkan anak-anak dan berulang kali mengingatkan alasan mereka tidak boleh terpaku dengan gawai. Mmm…. Ini masih PR besar buat kami, terutama anak sulung kami yang mudah terbujuk rayu permainan di gawai. Seringkali saya menangis. Dan paksu menguatkan, lakukan itu karena tugas kita untuk mengingatkan nahi mungkar. Selebihnya adalah kuasa Alloh yang Maha Membolak-balikkan hati. Tenang rasanya mendengarkan nasihat ini. Dan sayapun lebih bersabar melakukannya.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *