Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh.
Alloo… Hai, hai… Apakabar mam? Semoga Alloh selalu merahmatimu. Aamiin.
Alhamdulillah, sudah masuk bulan Agustus. Agustus bulan spesial buat saya 😀
Dan di awal bulan agustus ini, akhirnya… Kami membuatkan Fatih paspor. Uhuyyy… Langsung tanya deh, emang mau kemana, bu? Jalan-jalan kemana lagi, niy? Asiikkk ikut dong!
Hehehe… Sebenarnya belum ada rencana bepergian dalam waktu dekat ini. Cuma kami pikir eh saya ding, selama ada waktu luang dan kelonggaran, kenapa ga? Jangan sampai terjadi hal seperti bulan lalu. Ayah tiba-tiba ada tugas keluar, kita ga jadi follow gegara Fatih belum punya paspor. Hehehe… Ngarep ada lagi yaa… 😀 Boleh dong…
Nah, pastinya sudah tak asing lagi dengan paspor ya, mam. Yup! Betuls sekali.
Paspor adalah Dokumen yang dikeluarkan pejabat berwenang, dalam hal ini Dirjen Imigrasi, yang berisi informasi tentang identitas pemegangnya dan berlaku dalam perjalanan internasional.
Isinya ada foto, tempat tanggal lahir, jenis kelamin dan informasi lainnya.
Baiklah, langsung saja ya…
Pada hari yang ditentukan, berangkatlah kami bertiga, saya, teteh Nadine (3 tahun) , dan Fatih (10 bulan) . Membawa 2 orang balita ke area publik perlu persiapan khusus. Namun yang paling utama bagi saya adalah persiapan mental. Saya harus bisa menjaga mood pribadi agar tetap tenang dan tidak mudah terpancing emosi dengan anak-anak.
Seluruh persiapan berkas dokumen sudah saya siapkan jauh hari. Dan malam sebelumnya, saya sudah cek ulang. Kesiapan ini penting agar saya tenang dan konsentrasi saat berangkat dan berada disana.
Karena Fatih yang akan membuat paspor. Jadi, inilah syarat-syarat kelengkapan dokumen yang harus saya siapkan untuk anak dibawah usia 17 tahun.
Eitss….masing-masing dokumen dibawa salinannya 1 dan aslinya ya. Eh, satu lagi… Bawa materai 2 buah. Kalau tidak, disana ada mobil pos, kita bisa membelinya juga. Saya sarankan jangan membeli selain di mobil pos, mahal, mak… O ya, bawa alat tulis juga ya.
Beberapa hari sebelumnya saya sudah mendapatkan nomor antrian dengan mengisi nama pemohon dan nomor KK (kartu keluarga) pada pranala ini. Saya pun mengisi tanggal dan jam kedatangan ke kantor imigrasi . Alhamdulillah, lebih mudah dengan cara seperti ini. Mengingat dulu waktu membuat paspor untuk saya dan kakak-kakak Fatih, harus mengantri sejak subuh demi mendapat nomor antrian.
Saya memilih berangkat ke kantor imigrasi Bekasi, yang berada di samping GOR, 1 jam sebelum jadwal. Untuk mengantisipasi macet di jalan dan hal-hal lain yang tak terduga.
Sesampainya disana… Langsung menuju pintu gerbang, mintalah formulir isian. Untuk anak, ada 3 lembar formulir yang harus diisi. Bisa diisi sambil menunggu jadwal kita. Kemarin, saya terlewat. Alhasil, mengisi terburu-buru sebelum giliran dipanggil di loket pemeriksaan. Alhamdulillah cuma 1 pemohon, kalau banyak… Takkan cukup waktunya, karena antriannya tidak terlalu panjang.
Selanjutnya saya dipanggil ke loket pemeriksaan berkas. Ada 3 petugas, proses antrian menjadi tidak terlalu panjang. Berkas asli dan salinan di periksa, termasuk formulir tadi ya, sudah bermaterai dan tanda tangan. Dari sini, dapat nomor antrian untuk foto biometrik dan wawancara. Menunggunya pun tak lama. Sekitar 10-15 menit saja.
Sebenarnya saya harap-harap cemas untuk sesi foto ini. Semoga Fatih tidak rewel. Hehehe… Saat itu sudah jam makannya, dan situasinya belum memungkinkan untuk memberinya makan. Saya hanya memberikan biskuit dan minum saja. Tapi, sepertinya Fatih masih menikmati suasana baru yang dihadapinya. Malah saya kewalahan memenuhi keinginannya menjelajah area ruang tunggu. Sementara, teteh Nadine asik dengan pensil dan kertasnya. Ia tidak terlalu terganggu dengan suasana sekitarnya.
Akhirnya, giliran foto tiba juga. Nah, yang cemas kok teteh Nadine, ya. Ia tidak ingin lepas dari adiknya. Fatih sendiri cukup mudah diajak berpose. Meski untuk pose foto paspor, perlu beberapa kali mengambilan gambar.
Untuk bayi hanya foto saja, ma. Tidak ada pengambilan sidik jari. Langsung cuuss ke meja wawancara. Nah, Fatih semakin tak bisa diam. Ia ingin merambat berjalan kemana-mana. Akhirnya, saya biarkan ia merangkak kemana-mana ditemani teteh Nadine. Hahaha… Daripada mamak tak konsen ditanya-tanya. Alhamdulillah, Fatih tidak rewel, dia benar-benar menikmati suasana baru. Memang ya… Bayi itu pembelajar sejati. Wawancaranya sebentar aja, mungkin petugasnya juga tidak tega melihat saya tak tenang. Hehehe…
Lalu… Lanjut bayar ke mobil pos. Biayanya cuma Rp. 335.000 aja, ya. Saya ditawarkan menggunakan jasa pos untuk mengirimkan paspor. Saya pikir, daripada repot membawa 2 balita dan harus berantri ria, apa salahnya menunggu di rumah sambil duduk manis. Eh, ga sih. Sambil nge londry. Hahaha….
Begitulah keseruan membuat paspor. Kita tunggu paspornya di rumah ya. Sampai jumpa mama-mama. Salam buat orang yang tersayang.