Assalamu’alaikum…
Apakabar hari ini? Menjelang sore, saya tiba-tiba kangen dengan Najmi, Mayla, Nadine yang sedang bermain di luar. Ingin segera memeluk mereka dan mengatakan, “bunda sayang kalian”. Nah, mama, umi, bunda sudah mengungkapkan rasa sayangnya pada keluarga hari ini? Sebelum terlambat, show your love. Jangan sampai menyesal kemudian.
Berapa banyak cerita yang kita dengar, tentang penyesalan seseorang karena belum sempat mengungkapkan perasaan sayangnya pada orang yang dikasihi. Saya pun punya cerita tentang ini. Bukan roman picisan, hanya kasih sayang tulus.
Pada suatu masa yang telah lalu, uwa saya bercerita tentang nenek saya, atau mamah enyi, demikian saya biasa memanggilnya. Menurut uwa saya, saat masa-masa terakhir hidupnya, mamah enyi mengeluarkan semua isi dompetnya. Tidak ada uang di dalamnya. Hanya kumpulan kertas-kertas dan 2 buah foto. Hanya 2. Uwa bertanya, kenapa hanya 2? Padahal anak-anaknya dan cucunya banyak. Mamah enyi pun menjelaskan, Foto yang pertama adalah anaknya yang kedua. Ini anak laki-laki kesayangannya. Baiklah, bagian ini saya lewatkan ya.
Foto yang kedua adalah foto saya. Bagi mamah enyi, saya cucu kesayangannya. Saya pun tercengang saat mendengarnya. Terus terang, saya bukan cucu teladan. Bukan saya tak sayang pada nenek. Sungguh, mamah enyi adalah sosok inspiratif dan saya sangat hormat serta menyayanginya.
Selama ini, saya berpikir cucu kesayangannya adalah sepupu yang tinggal bersamanya sejak kecil. Jarak yang berjauhan dan frekuensi pertemuan yang terbatas, hanya saat idul fitri saja membuat saya tak pernah membayangkan bila saya ada dalam ingatannya. Ternyata oh ternyata saya salah. Penyesalan mendalam terus membayangi hati ini. Jika saja saya bisa memberikan kasih sayang lebih dari yang lalu, mengungkapkan betapa saya pun menyayanginya.
Saya pun terkenang masa-masa bersama mamah enyi. Kembali pada beberapa memori yang terlupakan. Saya teringat, mamah enyi bersama temannya dari kampung pernah menyengaja berkunjung ke rumah kos di bandung dengan membawa berbagai oleh-oleh. Beliau pun bersikeras ingin menghadiri wisuda saya. Terakhir, saat menjelang akad nikah, beliau mendoakan saya secara khusus dan memberikan wejangan demi keberkahan pernikahan saya. Dan saya baru menyadari, beliau tidak melakukan itu pada cucunya yang lain. Lalu… Berderailah penyesalan diiringi air mata. Betapa saya merindukannya, ingin menunjukkan banyak kasih sayang lebih banyak. Namun kini semua sia-sia.
Tak nampak lagi tubuhnya yang berjalan lemah, senyumnya dan kelembutan tangannya. Andai, andai… Kini hanya sebentuk do’a saya haturkan. Semoga Alloh azza wa jalla menempatkannya pada tempat yang terbaik. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Mams, berkaca dari kisah masalalu tadi. Saya belajar untuk berani mengekspresikan perasaan sayang pada suami, anak-anak dan juga orangtua. Entah apa yang akan terjadi nanti, tapi saya ingin mereka tahu kalau saya menyayangi mereka, mendoakan dan mengharapkan Alloh selalu melindungi mereka. Dan saya mengajak mama melakukan hal yang sama. Bagi saya ini kerja keras, karena tidak pernah melakukan sebelumnya. Namun, tak pernah ada kata terlambat untuk memulai. So, sudah tunjukkan sayangmu pada yang tersayang hari ini? Show your love an love will follow you. Love love love. Salam sayang untuk yang tersayang.