Bismillah…
Assalamu’alaikum…
Hai, hai… Bunda, apakabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Alloh azza wa jalla. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Masih dalam tema pernikahan. Kali ini tentang perubahan setelah menikah. Btw, ini versi saya ya, bun. Jangan ngakak, plis….
Apa saja, cekidot!
- Pertama. Pola Makan.
Setelah menikah dan punya anak, saya merasa pola makan saya lebih sehat, lo. Alasannya, karena apa yang dimakan ayah ibu akan dicontoh anak-anak. Tidak lagi memisah-misahkan seledri dari kuah bakso😀. Makan semua buah dan sayur dan menyimpan rasa pahit, kecut, masamnya di hati saja. Jauhi restoran cepat saji, selain tidak sehat untuk kantong, tidak sehat juga untuk jantung dan hati. Jadi peduli dengan sayuran si abang, belajar memilih ikan yang segar, daging ayam yang segar, dan beragam cara ditempuh demi memberikan makanan terbaik untuk keluarga.
Tidak perlu keluar kata-kata, “dulu, tuh… ” ya, bun. Cukup contohkan, dan beri kesempatan anak-anak mengalaminya.
- Kedua. Pola tidur.
Nonton tivi sampai larut bahkan lewat tengah malam demi acara film kesukaan, atau pertandingan bola klub favorit? Sudah berlalu… Sekarang, lebih baik tidur deh, begitu anak-anak tidur. Saya lebih membutuhkan energi untuk menghadapi hari esok, daripada bakal uring-uringan karena kurang tidur. Efeknya, bisa memancarkan aura negatif dalam rumah. Enggak dong, ya!
Trus, berusaha keras mengatur waktu tidur. Kalau dulu, epik itu kalau begadang ngerjain tugas. Sekarang, epik itu kalau bisa tidur dengan nyenyak, dong! Apalagi kalau punya debay, tidur itu mewah ya 😀
- Ketiga. Hang out?
Masih tega meninggalkan anak-anak di rumah? Pastinya bila bukan karena hal yang urgent, berat sekali meninggalkan anak-anak ya, bun. Lalu, kapan mainnya dong? Buat saya, punya 2 anak sekolah dan 2 anak balita, perlu ekstra manajemen waktu untuk menyisihkan waktu untuk keluar bila tanpa anak-anak. Ada beberapa batasannya, diantaranya tidak lebih dari 2 jam dan untuk kegiatan yang benar-benar bermanfaat. Saya berupaya sangat selektif dalam menerima undangan hangout. Bila memang hanya sekedar ber-haha hihi, saya memilih bersama anak-anak.
Biasanya hanya untuk takziah, menuntut ilmu atau konseling, saya keluar rumah tanpa anak-anak. Selebihnya, bila bisa bersama anak-anak dan suami, itulah prioritas saya.
Alhamdulillah, sisi baiknya, saya jadi bisa menghemat, bun. Hehehe… Trus, emang ga bosen ga bisa ketemu teman-teman. Sejauh ini, bagi saya sudah cukup melalui media sosial. Eits, jangan protes ya. Bukan berarti ini yang paling benar, bun. Setiap bunda pastinya berbeda kebutuhannya. Belum lagi kebijakan di setiap keluarga. Buat saya, prioritas setiap orang pastinya berbeda. Tidak masalah, selama tidak mengganggu dan disepakati seluruh anggota keluarga. So, kita akan happy melakukannya ya, bun.
- Keempat. Privasi itu…
Betapa sulitnya memiliki privasi setelah menikah dan memiliki anak. Anak-anak begitu sangat lengket, mereka tidak membiarkan saya sendirian dalam beraktivitas, termasuk tidur. Huhuhu… Belum lagi rasa ingin tahu yang besar. Tak boleh bunda menyimpan satu rahasia saja. Nah, ini perlu keahlian khusus. Saya yakin, para bunda lebih kompeten. Iya kan? Kita pun belajar berbagai cara untuk mendapatkan privasi ini ya, bun.
- Kelima. Cita-citaku…
Semenjak saya memutuskan menjadi full time mother dan berhenti dari pekerjaan publik, maka tidak ada lagi cita-cita menjadi psikolog konselor yang mumpuni sejagad raya. Hahaha..Kini cita-cita saya menjadi istri dan bunda yang sholiha.
Ya Alloh, inipun sudah sangat sulit ya, bun. Kerja keras menemani 4 orang anak dan seorang suami pun tak pernah cukup dalam 24 jam. Bagaimanapun, saya telah berusaha mencapainya. Dan masih berusaha menggapai gelar tersebut. Semoga Alloh meridhoi.
Nah, kalau kamu gimana? Iya, kamu, bun? Perubahan apa yang dialami setelah menikah dan punya anak? Saya tunggu ceritanya ya. Mari bercerita, berbagi. Mengobati hati, mengobati luka, meringankan gulana. Keep spirit, bun!!