Bismillah…
Assalamu’alaikum, bunda 😀
Apakabar hari senin? Tetap semangat ya, meski lelah masih terasa. Senin pagi buat saya the most bussiest day of the week. Seperti me-restart semuanya lagi, sarapan, seragam, cucian #eh. Dan tentunya, semangat, hasrat masih ingin leyeh-leyeh, mau tak mau wajib bergegas dan segera move on dari santai. Hahaha… Apa bunda merasakan hal yang sama? Punya saran untuk melakukannya lebih baik? Kasih tahu, dong! 😀
Mengawali pekan ini, saya mau sedikit mengenang masa lalu. Uhuy! Jadi begini, bun. Pulang kemping kemarin, saya janjian ketemu dengan teman lama waktu saya berkuliah di Bandung. Setelah komunikasi melalui whatsapp, sepakat bertemu di sebuah tempat makan.
Alhamdulillah, akhirnya kami berhasil saling bertatapan. Hahaha… Kami berjumpa pertama kali tahun 1996, saat ospek kuliah Psikologi di Unisba, Bandung. Sedikit mengenang masa lalu yang masih polos, unyu-unyu dan kuper. Nah, teman saya inilah yang membantu saya beradaptasi dengan lingkungan kampus, sekitar kampus, makanan dan jajanan di bandung juga. Selain itu, teman curhat melalui masa terpuruk di kelas karena nilai mata kuliah sampai kisah patah hati. Hehehe…
Dan waktupun berlalu, saya kembali ke Bekasi sekitar tahun 2004. Kami pun tak pernah bertemu. Terakhir ketika saya baru saja melahirkan anak pertama, hampir 11 tahun yang lalu. Pernah janjian mau ketemu, tapi tak pernah terealisasi karena satu dan lain hal.
Alhamdulillah, saya senang sekali masih diberi kesempatan bisa berjumpa kemarin. Sekedar mengetahui kalau teman saya baik-baik saja dan sehat wal’afiat. Apalagi bertemu 2 keluarga, masing-masing full team. Tentu saja, rombongan saya paling repot. Hihihi… Inilah kejutannya, saya tak pernah berpikir akan memiliki masa-masa ini, memiliki 4 orang anak. 😀
Secara fisik, tentu kami sudah sama-sama berubah. Semakin melebar ke kanan dan kekiri ya. Apalagi sudah turun mesin berkali-kali. 😀 Saya sendiri ada kerut-kerut disana sini. Tak apalah, kerutan itu pertanda, saya masih hidup. Iya, kan?
Dan yang bisa saya peroleh dari perjuampaan ini adalah betapa berharganya sebuah persahabatan. Saya bukan seseorang yang mudah menjalin kedekatan dengan siapapun. Buat saya, memiliki teman berbagi suka duka merupakan pencapaian yang epik. Betapa saya takkan pernah mampu membalas kebaikan teman dan sahabat yang pernah melalui masa sulit. Merekalah teman sejati.
Bila kini banyak putus hubungan persahabatan, tali silaturahim karena perbedaan sudut pandang, perbedaan politik atau apapun itu. Maka saya sangat bersyukur, ditengah segala perbedaan antara saya dan teman-teman, sahabat-sahabat, kami tetap bisa saling bersilaturahim. Tanpa lisan yang melukai, atau bersikap nyinyir dengan perbedaan yang lain. Kami dipersatukan oleh keinginan bersama, berbagi dan melalui kesulitan dan kesenangan bersama. Saya pikir, ini barang mewah yang harus saya pelihara. Love you, all gengs! 😘
Semoga Alloh senantiasa memberikan rahmat Nya kepada kami. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Menulisnya sudah terbawa emosi, bun. Alhamdulillah…
Ayo, jalin kembali silaturahim dengan para teman dan sahabat, bun. Selamat menikmati indahnya persahabatan! 💖
So sweet… :-* Terimakasih untuk persahabatan selama ini, Fit ^-^ sekian lama ketemu lagi…