Catatan Ringan Psikologi

Uniknya Anak Pertama

Bismillah…

Assalamu’alaikum…

Apakabar harimu, bunda? Semoga selalu menyenangkan, penuh syukur atas segala karunia ilahi. Aamiin.

Kali ini saya ingin bercerita tentang uniknya anak pertama. Siapa yang punya anak pertama? Ayo cung! Alhamdulillah. Ceritakan tentang anak pertamamu, bun? Saya akan ceritakan tentang ‘anak pertama kami’.

Anak pertama adalah anak yang memberikan kita gelar orangtua. Umumnya, mereka penuh curahan kasih sayang, tidak hanya dari ayah bundanya tapi juga dari kakek nenek, om dan tante. Anak pertama itu laksana harapan yang terpenuhi, doa sepasang suami istri yang terkabul. Betapa banyaknya nama lain dari ‘sang pertama’.

Buat saya, anak pertama adalah kesempatan menjadi pribadi ayah bunda yang lebih baik.

Bagaimana tidak, mereka membuat ayah bunda mau tak mau terpaksa belajar tentang cara menyusui, mengganti popok, mengerti bahasa tawa dan tangisan, menghadapi demam pertama, tumbuh gigi, merangkak, merambat, berjalan dan seterusnya, seterusnya.

Anak pertama adalah penyimpan harapan tinggi ayah bunda dan menetapkan standar untuk adik-adiknya. Mereka mungkin yang paling sering dibandingkan daripada adik-adiknya.

Dari sejumlah deretan gelar, makna dan kiasan tentang anak pertama, bagaimanapun mereka adalah seorang manusia juga yang memiliki rasa dan jiwa. Perkembangannya tak berbeda dengan adik-adiknya, hanya perlakuan kitalah yang membuat berbeda.

Buat kami, terutama saya, pada anak pertama seringkali saya menemukannya laksana diri sendiri dalam transformasi anak kecil. Merekalah modeling no 1. Bayangkan, saya pernah menemukan sulung memarahi adiknya dengan gaya yang menyerupai saya. Intonasi, nada suara dan gerak gerik menyerupai saya atau suami. Serius, bun. Apa bunda pernah memperhatikan, bun?

Anak pertama kami begitu spesial. Perbedaan usianya 20 bulan dengan adik perempuannya. Dalam beberapa hal, orang sering membandingkan dengan adiknya. Kami berusaha tidak melakukan itu.

Sejak awal, kami selalu tanamkan kalau ia begitu unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Uniknya dalam pergaulan. Sulung kami begitu mudah menjalin pertemanan dengan siapa pun, entah dengan yang lebih besar ataupun lebih kecil usianya. Saat kami berkemah, ia begitu mudah memperoleh teman baru. Dan ia begitu terbuka untuk melakukan hal baru dengan teman-temannya.

Uniknya dalam kemampuan bahasa. Sulung kami terbiasa bercerita panjang lebar tentang berbagai hal. Saat kecil, saya sering membacakan buku cerita untuknya. Ketika sudah bisa membaca, ia yang menceritakan kembali buku yang dibacanya pada kami. Di sekolah, gurunya memberikan kesempatan untuk menceritakan tentang sejarah islam di depan kelas. Dengan lancar ia akan bercerita banyak hal. Ia senang membaca buku, dari sinilah pengetahuannya berasal.

Uniknya dalam kepedulian sosial. Saya menyadari, sulung kami begitu peka dan lembut terhadap yang lemah. Ia begitu mudah menolong orang lain. Tanpa saya ketahui, ia pun menyisihkan uangnya untuk diberikan ke pengemis di jalan. Serungkali ia meminta saya membeli barang yang dijual oleh pedagang kecil yang tampak kesepian dan tidak laku. Sayapun tak dapat menahan gerimisnya hati bila mengingat berbagai hal yang sudah dilakukannya.

Uniknya dalam berusaha. Saya sering menemukan ia kesulitan dalam beberapa pelajaran sekolah. Pada satu fase, ia akan merasa tak sanggup menyelesaikannya. Namun ketika hatinya tersentuh wejangan singkat tentang motivasi, maka energinya seakan terisi kembali. Apapun penghalang di depan mata, akan disingkirkan. Matematika adalah salah satu momok baginya. Hingga ia memperoleh nilai terendah yang pernah dimiliki. Mau tak mau, rintangan harus dihadapi. Ia bersedia belajar sedikit demi sedikit. Kini, saya menemukan tulisan 💖 math dibukunya. Saya minta kerjakan 1 soal, ia kerjakan 5 soal. Betapa manis buah dari kerja keras. Love you!

Keunikannya dalam gaya belajar. Gaya belajarnya termasuk tipe visual. Ia akan lebih mengingat apa yang dilihatnya. Kekuatan membaca itu yang dominan. Ia pun senang menggambar. Maka saya ijinkan ia menggambar cerita laksana komik. Perlahan, saya mulai memotivasinya untuk membaca novel anak, tidak melulu komik. Ternyata inilun dapat habis dilahap juga. Selamat sayang, semoga kenikmatan membaca membuatmu semakin bijak dan kaya ilmu pengetahuan. Aamiin.

Uniknya dalan kompetisi. Sulung kami adalah penikmat kompetisi. Ia akan berusaha keras untuk memenangkan sesuatu. Di sisi lain, saya berupaya menyeimbangkan dengan kesediaan berkolaborasi. Sejauh ini, hasilnya cukup positif. Maka ketika ia berlemah dalam satu hal, dan kompetisi berkumandang, bersegeralah ia menjadi nomor 1. Usahanya patut saya acungi jempol.

Setiap anak pertama selalu unik. Mari tinggikan keunikannya, temukan fitrahnya ya, bun. Semoga menjadi anak pertama sesuai fitrahnya. Aamiin yaa robbal’alamiin.

Anda mungkin juga suka...

0 Komentar

  1. […] kemarin saya bercerita tentang sulung kami, bunda bisa lihat disini. Hari ini saya ingin bercerita tentang Spesialnya anak kedua. Bunda yang punya anak kedua, saya […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *