Catatan Ringan Psikologi

[BELAJAR] Menjadi Ibu, Menjadi Guru

โ€œDan hendaklah mereka takut kepada Allah seandainya mereka meninggalkan sepeninggal mereka anak keturunan yang lemah. Hendaklah mereka khawatir terhadap mereka.โ€ (QS an-Nisaโ€™ [4]: 9).

Bismillah

Apakabar bunda? Bagaimana akhir pekannya? Seru dong! Ayuk, saya tunggu ceritanya, ya. ๐Ÿ˜€

Bun, betapa berat memulai menulis tentang judul ini. Saya terbawa dalam situasi emosional mengingat masa-masa selama membersamai anak-anak tercinta.

Ya Alloh, sesungguhnya hamba sangat fakir, tanpa hidayah dan Rahmat Mu, takkan sanggup hamba melaluinya…

Tak pernah saya bayangkan sebelumnya, akan menjalani momen bersama 4 orang anak dalam membangun rumah tangga ini. Bukan seperti ini yang saya impikan dahulu.

Terus terang, sebelum menikah saya merasa kesulitan bila harus berinteraksi dengan anak-anak, merasa mereka mahluk yang lemah,hingga khawatir membuatnya koyak. Mata kuliah yang bertema anak-anak bukanlah favorit saya. Apalagi. Kalau harus mencari OP (objek penelitian) anak-anak, ampuunn… Nyerah saya, walhasil sekedar meluluskan nilai saja.

Setelah menikah dan dikaruniai anak, Alloh membukakan pintu hidayahNya. Dan sayapun mulai merasakan benih-benih fitrah keibuan yang terus berkembang. Alhamdulillah. Lalu, semua berjalan lancar dong? Ya Enggak lah ๐Ÿ˜€

Kadang bak roller coaster, lain waktu seperti mendayung di danau tenang. Sesekali terasa semanis coklat, kadang sepahit bunga pepaya. Suatu waktu selembut es krim, pernah juga sekecut mangga muda. Aih… Begitulah beragam rasa, warna dan melodinya menjadi ibu. Betapa kaya dan nikmat ya, bun. ๐Ÿ˜˜

Semboyannya, “Show Must Go On”. Iya ga siy, bun? Mau sakit perut, pusing tujuh keliling, hidung meler dst, dll… Pantang berhenti dari peran ibu. Kalau tak? Entahlah. Nah, ini niy.

Menurut saya, ini tugas utama ibu. Menyiapkan anak-anak bila ibu tak ada. Gerimis hati saya, bun. Tapi ini sering kita lupakan.

Ibu adalah guru pertama di rumah. Tengoklah para generasi hebat yang telah nyata keberhasilannya di dunia dan janji Alloh di akhirat. Mereka terlahir dari para ibu yang tangguh dan berketetapan hati yang kuat. Semoga Alloh membimbing kita menjadi ibu yang amanah. Aamiin.

Nah, cita-cita menjadi ibu yang sholeh dan guru yang amanah ini ternyata tidak semudah menuliskannya. Apa bunda merasakan hal yang sama? Terus terang, ini pelajaran yang sangat sulit buat saya. Saya mungkin akan terus mempelajarinya hingga ajal menjemput.

Bun, ternyata meski menjadi ibu dan guru sangat sulit, Alloh tak pernah meninggalkan hambaNya ini, menemani dalam belajar, mendekap dalam tangis dan menggenggam dalam gelap. Alhamdulillah ya, bun.

Saya pun menyimpulkan beberapa hal yang dapat menguatkan saya menjalankan peran ibu dan guru sekaligus. Inilah versi saya.


๐ŸŒฟ Niat

Segala sesuatu tergantung niat. Maka niatkan menjadi ibu sebagai ibadah kepada Alloh azza wa jalla. Mohon selalu bimbingan Nya. Bagaimanapun kita adalah mahluk Nya yang diberi amanah. Bersyukur diberi amanah dan bersabar menjalaninya. Dan kuncinya adalah mengikuti petunjuk Nya. Mari senantiasa kita luruskan niat, ya bun.

๐ŸŒฟ Kenali diri

Sebelum mengenali anak-anak, mengenal diri sendiri adalah keharusan bagi saya. Kelebihan dan kekurangan saya, apa yang ingin ditingkatkan, apa yang harus ditinggalkan. Jangan sampai, ada hasrat atau cita-cita saya yang tidak tercapai, lalu dibebankan pada anak-anak.

Kadang kita lupa kalau anak itu berbeda dengan kita. Trus, bilang “waktu mama seumuran kamu, selalu juara kelas”, atau “itu kan gampang, bunda aja bisa”. Uppss…Astagfirullah, Masih suka kelepasan ya, bun. Mulai sekarang berusaha berubah, ya.

๐ŸŒฟ Jadilah pembelajar

Modal seorang guru adalah kemauan untuk terus belajar. Ibu yang selalu meng upgrade ilmu akan berbeda hasilnya dengan ibu yang alakadarnya saja menjadi guru.

Satu hal yang saya peroleh dengan terus belajar, anak-anak pun terpacu belajar. Mereka melihat, ibunya pun melalui masa-masa belajar sepertinya. Dan kami pun saling berbagi ilmu. Indah kan, bun. Jangan sungkan belajar, ya!

๐ŸŒฟ Carilah Teman

Nah, teman ini gunanya menyemangati kita saat sedang lelah, mulai merasa tak mampu. Ada baiknya, teman ini yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kita. Dan bagi saya, teman yang selalu pantang menyerah menemani dalam badai dan gelombang adalah suami tercinta. Kami saling bahu membahu dan menjadi oase satu sama lain. Semoga Alloh memberkahi. Aamiin yaa robbal’alamiin.

๐ŸŒฟ Introspeksi Diri

Saya akui, bun. Sebagai ibu terkadang saya merasa apa yang saya lakukan sudah benar. Lalu anak-anak harus mengikuti kemauan saya. Astagfirullah ๐Ÿ˜ญ

Padahal sebagai manusia, saya pun dipenuhi salah dan khilaf. Introspeksi diri sangat perlu dilakukan. Dengan demikian, kita dapat menerima saran dan masukan dari anak-anak sekalipun. Semoga Alloh senantiasa membukakan hati kita menerima kebenaran. Aamiin yaa Alloh.


Bunda, tulisan ini merupakan muhasabah saya selama membersamai anak-anak. Pastinya bunda punya pengalaman sendiri ya. Mari berbagi dengan saya. Maukah?

Mau dong! Saya tunggu kisahnya ya ๐Ÿ˜€

#OdopNovemberChallenge
#TantanganRumlitIpBekasi
#DiariIbuProfesional
#CeritaIbu
#CeritaKeluarga
#CeritaKita

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *