Catatan Ringan

Bapuk

Alisha sedang terbaring lemah di dipan kamar kosnya ketika nadia masuk.

“Ya Allah, Lisha… Kamu kenapa?”, tanya Nadia.

Alisha hanya diam, tersenyum getir. Ia tak sanggup berkata.

“Kamu minum ini lagi? Lisha, ini ga bagus, kan?”, Nadia tampak kesal ketika menemukan obat pelangsing badan di meja kamar temannya itu.

“Kamu pernah minum ini kan? Waktu itu malah muntah-muntah terus, ga bisa masuk makanan”, lanjut Nadia.

Yang ditanya hanya terdiam, matanya berair dan meneteskan airmata.

Nadia duduk di samping dipan. Ia tak sanggup melihat kondisi temannya.

“Lisha, kita harus ke Rumah Sakit, kamu harus berobat. Aku telpon ambulan ya”, tanpa menunggu jawaban, Nadia mengambil gawainya menelpon rumah sakit.

Airmata Nadia semakin deras menggenang. Ia merasa tak sanggup berbuat apa-apa. Penuh penyesalan dan kecemasan.

Mereka satu kost dan satu perguruan tinggi, hanya beda jurusan. Nadia di jurusan Jurnalistik sementara Alisha jurusan _public relation_. Bagi Nadia, belajar di jurusan Alisha lebih mengutamakan tampilan fisik, ia merasa takkan cocok dengan dirinya yang sering berpenampilan semaunya.

Ia pun melihat perubahan pada Alisha, belakangan ini ia berubah, sangat memperhatikan penampilannya. Alisha berolah raga sangat keras, lari tiap pagi, ke gym bahkan hingga malam. Belum lagi beragam jenis diet yang pernah dilakukan Alisha. Alisha sering bercerita bila ia merasa dipersekusi oleh teman-teman jurusannya dengan julukan ‘bapuk’, ‘pipi gembil’ dan lainnya. Alisha merasa soundtrack hidupnya bagaikan lagu ‘koq kamu, p project’. Ahhh…Alisha.

Alisha yang ceria berubah menjadi begitu pencemas akan fisiknya. Nadia seringkali menguatkan Alisha, bahwa ia harus bersyukur dengan yang dimilikinya wajah yang manis dan eksotis, dan selalu tersenyum ceria.

Tapi tampaknya Alisha tak bergeming. Ia mencoba berbagai cara agar bisa memiliki pipi tirus, dan tubuh yang proposional.

Kini, Alisha harus terdampar di IGD. Dokter jaga sedang memeriksanya.

Nadia cemas menanti temannya itu. Ia telah menghubungi orangtua Alisha, secepatnya mereka akan segera tiba.

Dokter telah selesai memeriksa Alisha. Nadia langsung menghampiri.

“Gimana, dok?”, tanya Nadia khawatir.

“Kamu saudaranya? “, dokter balik bertanya.

“Saya teman kosnya, dok. Orangtuanya sudah dihubingi, mereka segera datang”, Nadia menjelaskan.

“Temanmu sudah diberikan beberapa tindakan. Untuk sementara, ia harus tinggal dulu”, dokter menjelaskan.

“Dok, boleh tahu diagnosisnya apa?”, Nadia tak tenang.

“Anoreksia…”, dokter menjawab singkat, lalu pergi.

Nadia prihatin dengan temannya. Dilihatnya Alisha tertidur dengan selang infus, tubuhnya kering kerontang bak tulang berbalut kulit saja.

#rumlitchallengeweek

#ipbekasi

#seharisatutulisan2019

#klip

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *