Bismillah…
Hai, hai… Tulisan ini tertunda terus. Disalip tugas dan tulisan lain yang kejar tayang. Tapi hari ini saya bertekad untuk menyelesaikannya.
Sebagai ibu dengan 4 orang anak, 2 diantaranya balita, tanpa asisten, bagi saya bukanlah hal yang mudah untuk tetap menjaga keadaan rumah tetap rapi dan bersih.
Rasanya sudah berbagai metode membersihkan dan merapikan rumah yang saya coba. Mulai dari yang cara nenek moyang hingga yang kekinian. Tapi tak membuahkan hasil. Maksudnya tidak bisa bertahan lama. Rapih dan bersih sekitar 10 menit, setelah itu kembali berantakan.
Kadang kalau kondisi emosi yang sedang tidak karuan, suasana rumah berantakan ini bisa memicu emosi tinggi dan konser tunggal saya. Hahaha. Istigfar.
Saya benar-benar iri dengan rumah teman yang selalu rapih. Anak mereka duduk tenang di depan televisi, tak berlarian kesana kemari. Sambil makan cemilan yang tidak belepotan ke lantai.
Balita saya tak bisa duduk diam, paling lama 5 menit. Lalu ia mulai berlarian, mencari mainan lain, lalu mengambil makanan, tangannya yang penuh makanan akan memegang meja kursi dan lainnya. Belum lagi aksinya yang senang minum sendiri, tapi kemudian ditumpahkan begitu saja ke lantai, karpet, kursi, dimanapun yang diinginkannya. Setelah itu, ia akan memanggil saya menunjukkan tumpahan yang dibuat dan mengambil kain pel untuk di bersihkan. Tapi tak bersih, lumayanlah buat seorang balita.
Kalau ada quote tentang wajarnya rumah berantakan karena anak-anak, saya senang sekali. Sepertinya itu pelipur lara.
Tapi keyakinan saya masih sama, pasti ada jalan untuk menciptakan suasana rumah rapi dan bersih agak lama. Bagaimanapun saya tak muluk-muluk berharap selalu rapi dan bersih, standar diturunkan sedikit ya.
Nah, hingga saya menemukan sebuah artikel tentang seorang koki yang berupaya menjaga kebersihan di dapur. Saya lupa dari media online atau bukan. Artikel ini memberikan pencerahan pada saya. Menurut sang koki (lupa namanya), kebersihan dijaga dengan cara langsung membersihkan kotoran yang ada. Tidak menundanya, tapi seketika itu juga. Bila minyak terciprat ke meja, langsung di lap, demikian pula bila saus masakan terpercik, langsung dibersihkan. Ia selalu sediakan lap didekatnya.
Jangan tunda apa yang bisa dilakukan sekarang untuk nanti
Saya pun mengevaluasi diri. Sering menunda adalah bencana. Terkadang berpikir, ah, cuma remahan biskuit, nanti saja. Padahal kalau didiamkan, terinjak, menyebar kemana-mana, lengketlah lantainya. Tadinya hanya membersihkan area remahan jadi mengepel satu ruangan. Waktu dan tenaga pun lebih besar.
Kini saya ajarkan anak-anak untuk langsung membersihkan atau membereskan remahan biskuit, percikan es, atau cat poster di lantai sebelum melebar kemana-mana.
Alhamdulillah. Selesai masalahnya? Belum. Ada satu yang kurang, jangan malas dan istiqomah! Eh, 2 ternyata.
Kalau malas, apapun ilmu dan niat yang kita punya tak kan terwujud menjadi kenyataan. Betul atau betul?
Ini ternyata tidak hanya berkaitan dengan kebersihan di rumah. Ini juga harus menjadi kebiasaan kalau ada masalah dengan siapapun, langsung selesaikan. Jangan ditunda-tunda. Sebelum menyebar dibumbui hoaks dan salah paham berpanjangan.
Baiklah, sekian ceritanya. Semoga bermanfaat. Saya bersedia menerima cerita bunda yang lain loh… Ditunggu ya. Salam sayang 💖💖💖