Bismillah…
Hai, apakabar, bun? Ada yang masih ingat cerita saya di tantangan rumlit yang berjudul Nusa Indah? Silakan bisa dilihat pada pranala Nusa Indah.
Cerita tentang Agnes-bukan nama sebenarnya ini berdasarkan pengalaman selama saya magang di RSJ Bogor.
Agnes bertubuh imut, wajahnya juga imut, sebenarnya dibandingkan pasien yang lain, ia lebih terawat dan bersih. Satu hal yang paling menonjol dari Agnes, ia cerdas. Hasil tes yang kami lakukan, IQ nya pada level di atas cerdas-almost genius, ia menguasai 3 bahasa. Bahasa Inggris, Jepang dan Perancis. Kami dibuat bingung bila ia berbicara dengan bahasa Jepang dan Perancis.
Lalu bagaimana ia bisa menginap di RSJ? Ah, saya pun tak habis pikir. Keadaan ekonomi keluarganya menengah atas. Jadi faktor ekonomi bukanlah penyebab ia ada disana. Dari tingkat kecerdasannya yang tinggi, kami berpikir ia memiliki kemampuan untuk adaptasi dan coping terhadap masalah kehidupan yang dihadapi.
Agnes anak bungsu dari dua bersaudara, kakaknya perempuan. Hidup berkecukupan dengan berbagai fasilitas yang disediakan kedua orangtua. Keberhasilan akademik menjadi standar kesuksesan bagi orangtua, dan anak pun difasilitasi untuk mencapainya. Agnes memiliki motivasi belajar yang tinggi. Ia kuliah mengambil 2 jurusan, bahasa Perancis dan Jepang. Keduanya dapat dilahap dengan mudah. Selama kuliah, ia pun menerima les privat bahasa inggris untuk anak sekolah SD-SMP.
Hidupnya mulus tanpa hambatan. Hingga ia bertemu seorang lelaki yang mempesonanya. Lelaki yang menawarkan kasih sayang, luapan emosi, cinta yang tak biasa yang membuatnya rela melakukan apapun. Agnes tak pernah belajar tentang jatuh cinta. Ia hanya belajar, apa yang diinginkan, pasti tercapai.
Akhirnya, terbuai dalam lautan cinta, mereka berencana menikah. Tapi orangtua Agnes tak setuju, ia belum lulus kuliah. Belum lagi perbedaan agama diantara keduanya. Singkat cerita, keluarga memisahkan Agnes dengan membawa pulang Agnes ke Jakarta. Agnes berkuliah di Yogya.
Mulailah perubahan terjadi. Ia meraung minta dipenuhi keinginannya. Ia mengurung diri di kamar, tak mau makan minum, apalagi bersosialisai. Hanya satu nama yang ingin ditemuinya, sang kekasih. Agnes ingin merasakan romantika emosi dan kasih sayang yang tak pernah didapatkan sebelumnya. Keluarganya menyerah dan menitipkan Agnes di RSJ.
Agnes, malang nian nasibmu.
Ternyata kecerdasan tidak menjadi jaminan. Jiwanya terombang-ambing. Agnes minim akan kemampuan menyelesaikan masalah hidup yang beragam dan kompleks.
Tahukah bunda, cerita Agnes bukan cuma 1, ada banyak kisah seperti Agnes. Ada yang terjerumus pada narkoba, pergaulan bebas, dan hal lain yang tak selayaknya mereka lakukan. Mereka haus akan kasih sayang. Rela menukar kasih sayang dengan apapun, materi bahkan syahwat.
Ya Alloh, lindungilah keluarga kami.
Kisah diatas merupakan pelajaran berharga bagi saya, terutama setelah memiliki anak-anak. Kasih sayang adalah kuncinya. Kasih sayang kedua orangtuanya sebagai bentuk kasih sayang Alloh terhadapnya. Tugas orangtua meyakinkan anak-anak, apapun yang terjadi, kasih sayang orangtuanya lebih besar dari yang ditawarkan dunia secara semu.
Selain itu, sesekali berilah ujian kehidupan pada anak-anak. Ijinkan mereka melakukan kesalahan dan dampingi saat mereka memperbaiki kesalahannya.
Pelajaran yang utama sejak dini, kenalkan akan Tauhid.
Kekayaan materi tidak menjamin keberhasilannya dalam menjalani ujian kehidupan. Keselamatan dunia dan akhirat adalah tujuan utama hidup di dunia. Selain itu, kekayaan kemampuan menyelesaikan masalahlah yang membesarkan mereka.
Apalagi anak-anak kita yang hidup di era milenial ini. Mereka memilki tantangan hidup yang jauh berbeda dengan masa kita dahulu. Menurut Ely Risman, ancaman menjadi generasi yang blast, membuat mereka rentan. Masalah yang dihadapi mulai dari kecanduan gawai, hingga kecanduan narkoba. Naudzubillah…
Ya Alloh, lindungi keluarga kami. Aamiin.
Bunda, mari kita perkuat kekebalan fisik dan psikis anak-anak. Sayangi mereka sepenuh hati selayaknya kita ingin disayang. Keluarga dengan anak-anak yang kuatlah yang akan membangun negeri ini. Aamiin yaa robbal’alamiin.
Mari berbagi kisah bunda dalam menguatkan anak-anak. Saya tunggu ya. Salam sayang 💖
Belum selesai 😀 ketiduran