Setelah blogwalking ke jamesclear.com, saya menemukan berbagai insight untuk membangun menajemen produktivitas pribadi. Peran sebagai ibu rumah tangga bukanlah halangan untuk produktif. Produktif bukanlah selalu tentang menghasilkan rupiah. Produktif adalah bermanfaat bagi orang lain. Dalam lingkungan terkecil, seorang ibu rumah tangga bermanfaat bagi keluarga, suami dan anak-anaknya.
Dalam Al qur’an surat AdzDzariyat : 65, Alloh Ta’ala menjelaskan
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu
Habit merupakan kegiatan atau keputusan kecil yang kita buat dan lakukan setiap hari. Kehidupan yang kita jalani hari ini adalah kumpulan habit. Hasilnya menunjukkan tentang diri kita, bahagia atau tidak, sukses atau tidak. Tanpa kita sadari, hal yang dilakukan secara berulang-ulang turut berkontribusi membentuk diri ini.
Perilaku yang ditampilkan saat ini adalah refleksi identitas saat ini. Dan untuk mengubah perilaku menjadi baik, kita mulai dengan melakukan sesuatu yang baru yang menggambarkan diri atau membangun keyakinan yang batu tentang diri kita. Atau disebut juga, Identity Based Habit.
So, kalau saya ingin menjadi seorang blogger, maka saya harus menanamkan identitas tersebut dalam diri saya. Bila perlu buatlah identitas yang detail.
Demikian, perlahan habit ditingkatkan. Bila terputus atau tidak dilakukan, maka memulai dari awal kembali. Sulitkah? Pada dasarnya kembalikan kepada niat alias strong why masing-masing. Tapi tak pernah ada kata terlambat hingga ajal menjemput.
Adapun langkah yang disampaikan oleh James Clear pun kurang lebih demikian.
1. Tentukan tipe atau identitas yang ingin dibangun (berlaku untuk individu tim, bahkan sebuh negara). Bila perlu secara mendetail termasuk nilai/value, prinsip yang dipegang.
2. Prove it yourself with small wins. Tunjukkan dengan kemenangan-kemenangan kecil. So, dimulai dengan hal yang kecil, mudah dan tak memberatkan.
Saya mencoba mempraktekkan ini bersama anak-anak. Ada yang merasa berat, meski baru beberapa hari. Bahkan ketika saya mengajukan untuk revisi habit menjadi lebih ringan, teyap tak mau. Tapi saya tak bisa memaksakan. Bagaimanapun perlu kerelaan untuk menjalankannya. Akhirnya, doa panjang yang saya haturkan, memohon sang khalik memberikan hidayahNya.
Konsistensi atau istiqomah adalah hal yang berat bila tak diiringi niat yang besar. Jadi, saya pun memerlukan waktu untuk mengumpulkannya dengan banyak refleksi diri dan berbicara dengan suami dan kedua orang tua.