self care isn t selfish signage
Bunda Salihah Ibu Profesional Institut Ibu Profesional

Review 1 : Kenapa Fokus Pada Pola Hidup Sehat?

Alhamdulillah, setelah membuat jurnal pribadi, kita diberi kesempatan untuk saling mereview jurnal teman. Senangnya hatiku. Dengan kegiatan ini, semakin kaya pengetahuan, pengalaman dan menambah pertemanan alias silaturahim dengan sesama Ibu Pembaharu. Alhamdulillah, saya dipasangkan dengan mba Uki, yang ternyata kita berada dalam satu wag sebelumnya, tapi belum pernah saling menyapa. Hihihihi… malu

Sebelumnya, saya haturkan terima kasih atas kesediaan mba Uki mengijinkan jurnal Alamakuki saya review. Bismillah, Semoga berkenan dan bermanfaat untuk saya dan mba Uki.

Mereview sebuah buku, pernah saya lakukan. Tapi mereview jurnal teman yang kita merasa dekat, berada di ruang belajar yang sama, baru pertama kali saya lakukan. Terus terang, saya merasa kurang percaya diri karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Dan saya meyakini, dalam membuat jurnal ini Mba Uki telah mendedikasikan pikiran dan hatinya semata demi kebaikan dirinya sendiri. Jadi, apa yang saya review adalah sebatas kekurangan saya dalam memahami jurnal mba Uki. Mohon maaf sebelumnya bila ada yang kurang berkenan ya, Mba.

Eng ing eng… cekidot!

Review Jurnal

Hal Baik Dalam Jurnal Mba Uki

Saya suka cara Mba Uki menjelaskan permasalahannya dalam jurnal. Dalam jurnal, Mba Uki menggambarkan masalahnya dengan lugas, jelas dan terbuka. Saya dengan mudah memahami identifikasi masalah yang telah dilakukan Mba Uki. Cara berpikirnya yang runtut pun tergambar dalam jurnalnya. Mba Uki memulainya dengan mengumpulkan dan memilah beberapa masalah yang dihadapinya. Selanjutnya berusaha menggali bagaimana masalah-masalah tersebut dapat mengganggunya. Dari sekian banyak permasalahan yang sedang dihadapi, Mba Uki mengambil masalah pola hidup sehat yang akan diselesaikannya dalam Ibu Pembaharu. Bravo, Mba Uki. Pola hidup sehat ini sangat pas sekali diangkat di masa pandemi seperti ini. Saya pun berkaca pada diri sendiri, bagaimana pola hidup sehat yang telah saya lakukan. Saya jadi semakin semangat! Apalagi usia kami tak jauh berbeda dengan permasalahan yang hampir sama juga. Saya perlu belajar banyak dari Mba Uki.

Hal Yang Perlu Diperbaiki

Secara Umum, tak ada yang perlu diperbaiki. Urutan masalah dan akar masalah telah tergambar dengan jelas. Saya pikir, Mba Uki telah memahami apa yang akan dilakukannya. Ini adalah kekuatannya untuk bisa menyelesaikan target masalahnya dalam 6 bulan ke depan. Well Done, Mba Uki. Cayoooo!!!

Hanya ada bagian kecil yang menggelitik dalam pikiran saya. Menurut saya, mungkin Mba Uki perlu menggali lebih dalam akar masalah kenapa terjadi obesitas. Harapannya agar Mba Uki memiliki semangat dan motivasi yang lebih besar dalam menjalankan pola hidup sehat ini.

Pola hidup sehat seringkali disinonimkan dengan obesitas. Apakah demikian? lalu menjadi tidak gemuk apakah berarti telah sehat? Mmmm… saya agak bingung di sini. Kalau waktu balita, anak yang gemuk dipandang sehat, saat dewasa kenapa tidak demikian? Baiklah, biarkan saya menerawang mencari tahu. Hahaha… Kembali ke jurnal Mba Uki, ternyata Mba Uki telah memiliki standar dalam menentukan obesitas ini. Wow, bagus kan! kita bisa tahu obesitas atau tidak, berdasarkan Index Massa Tubuh alias BMI (Body Mass Index). Penasaran cara mengukurnya? Silakan Googling ya, manteman.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun sering menemukan polarisasi, ada 2 sisi yang seringkali saya peroleh. Sisi pertama, untuk bisa menjalankan pola hidup sehat, kita harus mengukur kalori makanan yang kita konsumsi dan berolahraga secara teratur. Sisi lainnya, kita harus mencintai diri sendiri, selflove, menerima diri kita apa adanya dan tak perlu mengubah apapun dari diri kita.

Bagaimanapun, hidup memerlukan keseimbangan. Kita tetap dapat mencintai diri sendiri sambil coba terus memperbaiki diri, bukan?

So, do selflove and keep healthy

Menurunkan berat badan bukanlah hal yang mudah. Saya tahu ini, dan mengalaminya. Oohh…malunya. Dan bagi saya, bagian tersulit itu berkaitan dengan KEMAUAN alias WILLPOWER. Kemauan ini setiap saat selalu diuji, iya ga siy? Misalnya, saat pagi hari dan cuaca cerah, kemauan ini diuji, apakah saya akan berjalan di luar rumah selama sekitar 30 menit atau duduk di teras menikmati matahari pagi dengan sepiring pisang goreng dan segelas teh manis. Mmmm…. keputusan yang mengarah pada pola hidup sehat ini syuuuliddd. Iya ga siy? Atau cuma saya seorang yang tak tahan dengan godaan pisang goreng? Hehehe…

Belum lagi cerita dari kanan kiri yang terkadang menurunkan semangat untuk menerapkan pola hidup sehat ini. Misalnya, makan sehatnya nanti aja, sekarang adanya cilok enak, dimakan aja. Atau, si Mawar sakit karena diet tidak minum es. Hehehehe…. Dan yang juga sulit, ketika pasangan atau anak-anak mulai terganggu dengan makanan sehat yang kita sajikan tak sesuai selera mereka.

Dari pengalaman ini, saya mendapatkan beberapa hal yang mungkin bisa menjadi masukan untuk Mba Uki. Agar kemauan untuk menerapkan pola hidup sehat tetap berjalan.

  • Fokus pada satu tujuan pada satu waktu. Maksudnya fokus pada satu kebiasaan sehat terlebih dahulu. Jangan memaksakan melakukan semua daftar kegiatan sehat dalam satu waktu. Kenapa? agar tidak stres. Seringkali kita menjadi mudah mundur ketika merasa banyak hal tak bisa dijalankan.
  • Pantau perilaku yang mengarah pada tujuan. Nah, ini sederhana tapi sering terlewat. Observasi yang kita lakukan, pantau mana yang sesuai mana yang masih perlu diperbaiki. Jangan menyerah apalagi putus asa saat ada perilaku yang salah ya. Segera perbaiki dan tetap semangat mencapai tujuan.
  • Carilah dukungan. Berjalan dengan dukungan orang-orang di sekeliling kita akan membuat kita bersemangat, terutama saat lelah melanda. Jangan segan membangun support system ya! Bisa suami, anak, teman, atau siapa saja yang kita dapat berbagi tentang tujuan yang ingin dicapai dan mereka bersedia menerima kita sepanjang perjalanan mencapai tujuan.

Semoga dimudahkan dalam menjalankan Pola Hidup Sehatnya, Mba Uki. Bersemangatlah!!! Akan banyak wanita yang memerlukan pengetahuan dan pengalaman tentang ini. Termasuk saya. Terima kasih atas kesempatannya dan mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Salam Ibu Pembaharu!

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *