Fase berikutnya dalam kelas Ibu Pembaharu adalah berkelanjutan mencintai masalah kita. Karena apa? Karena mencintai masalah kita merupakan suatu bentuk penerimaan atas masalah yang kita hadapi. Dan tentunya, penerimaan ini menjadi gerbang pintu solusi.
Love Your Problem — Really Love Them, And The Solutions Appear.
How do i love my problems?
Membicarakan ini seperti membuka luka lama. Hihihi… Alhamdulillah, saat ini saya telah melaluinya. Penggunaan gawai secara berlebihan, tidak terkendali pernah saya alami. Masa-masa itu saya tidak bisa lepas dari gawai, tidur dengan gawai, bangun tidur yang dicek gawai, gawai disembunyikan nak balita nangis bombay. Astagfirullah. Saat itu saya berpikir, dunia saya hanya gawai. Saya lalai dengan anak-anak yang ada dihadapan mata. Lalai dengan suami yang meminta perhatian.
Gawai melenakan, gawai tempat pelarian saya dari kenyataan saat saya kehilangan kegiatan di dunia nyata. Astagfirullah. Alhamdulillah masa itu sudah terlewati. Saya sangat berterima kasih pada suaminya yang sabar mengingatkan saya.
Dengan masa-masa sulit itu, kini saya bisa lebih berempati dengan anak-anak saat mereka terhanyut bersama gawai. Ayah bunda adalah cermin bagi anaknya, demikian sebaliknya. Dengan kejadian ini, kami berproses dan semakin mengikat erat hubungan dengan keluarga. Insyaa Alloh.
Dan kali ini kami tak sendiri dalam mencintai masalah, tapi dengan berkumpul bersama mereka yang memiliki masalah yang sama. So, sekumpulan orang dengan masalah sama, apa yang akan terjadi? Mungkinkan solusi akan tercipta? Atau hanya akan menambah panjang daftar masalah? Jangan sampai dong, ya! Seperti tagline Ibu Pembaharu, Menjadi Bagian Dari Solusi, bukan Bagian dari Masalah.
Sebelum proses berkumpul ini, kami melakukan kampanye di media sosial tentang masalah kita dan mengundang mereka yang memiliki masalah yang sama. Yuks, simak kampanye ala saya di link ini.
Kampanye saya tayangkan di Facebook dan Instagram.
Finally, setelah obrolan di WAG Regional, saya dan Kak Irlin bersama-sama berkolaborasi mengundang teman-teman dalam menyelesaikan masalah dalam tim. Dan terkumpullah beberapa orang dengan beragam kemampuan soft skill dan hard skill.
Kerja Tim Yang Baik adalah sinergi setiap orang yang berkomitmen dan bekerja mencapai tujuan yang sama
Mencari pemimpin dalam tim terasa alot. Tidak ada yang mengajukan diri sebagai pemimpin. Mmm…ini seperti kebiasaan atau budaya kami, ya. Sulitnya mengharapkan orang yang kompeten untuk mengajukan diri sendiri. Dan saya menulis ini sambil berkaca pada diri sendiri. Saya sendiri merasa sungkan untuk mengajukan diri, merasa kurang pantas untuk menjadi leader. Terus, gimana dunk?
Mengajukan diri sebagai leader pada tim ini adalah hal yang berat bagi saya. Saya menyadari saat ini, amanah di kepengurusan regional pun memerlukan perhatian. Dan kegiatan di bunsal ini diharapkan akan berjalan berkelanjutan, tak terhenti ketika wisuda selesai saja. Di sisi lain, saya merasa tim ini dimulai dari problem statement yang saya bawa. Saya merasa berhutang pada keluarga terutama suami dan anak-anak untuk menyelesaikan apa yang sudah saya mulai disini. Ternyata banyak rasa yang saya bawa ya. Hihihi… Kak Irlin yang saya bujuk rayu untuk menjadi Leader pun malah balik mendorong saya. Betapa riuhnya keadaan di belakang panggung WAG bagi saya dan Kak Irlin. Hahaha…
Akhirnya, bismillah dengan niat yang lurus, saya mengajukan diri sebagai Leader. Dengan berbagai pertimbangan di atas tadi.
It’s not gonna be easy, not gonna be hard either. Just do it!
May Alloh Ta’ala Bless Me and Guide Me. Aameen.
Demikianlah, hal terlama yang dilakukan dalam tim kami adalah menetapkan pemimpin. Anyway, apalah artinya seorang pemimpin, hanyalah sebuah gelar dan amanah. Terpenting dari semuanya, kita mampu menjalankan leadership dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak perlu gelar leader untuk menjalankan leadership, setuju kan?
TIm kami begitu kaya akan sumber daya manusia. Masyaa Alloh, mereka adalah ibu-ibu hebat yang bersedia masuk dalam tim ini. Rasa gamang ini perlahan memudar. Berganti keyakinan diri, terutama ketika saya menatap dalam dan menekuri setiap bagian soft skill dan hard skill yang dimiliki tim. Barokallohu fiikum tim.
Mari luruskan niat. Bersama dalam tim ini demi kebaikan diri sendiri dan kebaikan sekitar kita. Penasaran dengan keahlian tim kami kan? Tim ini laksana berlian yang perlu diasah agar bersinar semakin cemerlang.


Dengan pembagian peran dan tugas, semoga semakin benderang langkah kita ke depan. Saya pun belajar banyak untuk membangun tim yang efektif. Perlu usaha untuk menciptakan soliditas tim seperti cerita tentang Membangun Tim Yang Efektif. Bagaimana? Penasaran kah dengan aksi kami selanjutnya? Tahan dulu. Tunggu postingan selanjutnya, ya.