Psikologi

Survivor Guilt Pada Penyintas Covid 19

Apa siy survivor guilt ?

survivor guilt alias rasa bersalah pada penyintas adalah perasaan bersalah pada orang yang berhasil survive atau selamat atau menyintas dari kejadian traumatik sementara ia mengetahui orang lain tidak berhasil.

Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada orang lain. Merasa kemalangan yang dialami orang lain harusnya menjadi tanggung jawabnya.

Mmm… gimana? Gimana? Kayak kenal ga sama rasa ini? 🤭

Ada gejalanya ga siy? Seperti apa tanda-tandanya?

Yuk, tengok di sini ⤵️

Gejala Survivor Guilt

  1. Depresi dan cemas
    Hati tak tenang, merasa terpuruk, kecemasan yang mengganggu pikiran, perasaan hingga perilakunya
  2. Mimpi Buruk. Tak tenang tidur, bahkan sampai tidak bisa tidur karena dihantui rasa bersalah tadi.
  3. Hilang nafsu makan. Yang terbayang hanya penyesalan dan penyesalan
  4. Kurang gairah hidup, tak bersemangat menjalani kehidupan, merasa beban rasa bersalah ini sangat membebaninya. Bahkan pada kasus yang parah, sampai ada keinginan untuk bunuh diri.
  5. Pada beberapa orang yang kurang kaya akan kemampuan problem solvingnya, mereka melarikan diri pada alkohol atau penggunaan narkotika

Trus….trus…. gimana cara mengatasinya? Bisa dicoba beberapa berikut ya ⤵️

Cara Mengatasi Survivor Guilt

  1. Tidur dan olga teratur
    Yes, tidur sangat dibutuhkan oleh tubuh. Tidur membuat pikiran dan tubuh rileks. Olahraga bisa meningkatkan hormon kebahagiaan. Apalagi dilakukan bersama orang yang disayang. Lakukan secara teratur ya. Olahraga ringan, rutin dan mulai dari gerakan sederhana.
  2. Makan makanan sehat. Yup, jangan biarkan tubuh merana kelaparan. Mereka pun memiliki haknya. Makanan sehat dan teratur akan memberikan asupan energi pada tubuh. Dan kita pun dengan mudah beraktivitas. Tak mengurung diri dalam rasa bersalah tadi. Lakukan seimbang dan teratur ya.
  3. Yang tidak boleh dilupakan juga, tetap menjaga asupan cairan tubuh. Sebagian besar tubuh kita berisi cairan. Dan cairan ini pun konsumsi otak. Dehidrasi seringkali membuat kita melayang dan melamun. Tahu kan, kayak di film² itu… kalau dehidrasi di gurun, jadi suka melihat fatamorgana atau berkhayal atau berhalusinasi 🙈
  4. Tetap berhubungan, berinteraksi dengan orang yang kita percaya, yang membuat kita nyaman. Bisa suami, orang tua, atau teman yang kita percaya. Meski saat ini belum memungkinkan bertatap muka, kita bisa manfaatkan media online ya. Kenapa? Karena menjaga interaksi dengan orang-orang positif pun vitamin otak, meningkatkan imun dan membuat kita keep positif juga.
  5. Selanjutnya, ga kalah pentingnya adalah menerima dan mengakui adanya rasa bersalah ini. Yup, lebih baik menerima kenyataan bila ada yang mengganggu kita. Dengan penerimaan akan memudahkan kita masuk ke fase berikutnya, yaitu mencari solusinya. Jadi, meskipun orang lain mengatakan seseorang bermasalah, tapi kalau ybs tidak menerima keadaan ini, maka solusi pun akan tertutup. Dan kalau terus direpresi, rasa bersalah ini akan keluar dengan lebih besar. Memang pada beberapa orang akan sulit melakukannya. Ia merasa harus kuat, tegar, tak terganggu. Perlu kesabaran melakukan pendekatan pada seseorang yang seperti ini.
  6. Grounding Technic. Nah ini teman² pastinya sudah kenal. Namanya aja yang beda. Misalnya teknik relaksasi, meditasi, zikir. Kita kembali menyelami keadaan kita apa adanya, merasakan udara yang dihirup, sapaan angin, belaian dedaunan, rumput yang basah, dingin dan hangatnya air. Kembalikan merasakan semua sensasi tubuh kita.

Kehendak dan takdir kepunyaan Alloh
Dia telah menetapkan sesuatu dan Dia telah menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya

Jalan-jalan di sore hari
Tak lupa membeli sapu lidi
Saya akhiri obrolan sampai disini
Lain waktu kita sambung lagi

Be brave survivor, you are warrior 💪🏼💪🏼

Note : Materi ini disampaikan di WAG Ruang Peduli IBI #3

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *