Ibu Profesional

Ibu Bantu Ibu

Di saat Mamang Roja menyiangi ikan gurame, para ibu berkumpul membicarakan masalah trending di RT 22.

“Bu Reko tahukan, itu salah mereka sendiri. Sering bepergian, jadi aja positif”, ujar Bu Nona.

Bu Reko mengamini, “Iya, bu. Padahal waktu itu saya sudah ingatkan jangan jalan-jalan di masa pandemi. Bahaya”.

“Susah, bu. Kebiasaan seperti itu, kalau ga keluar rumah tuh, gatel kan”, Bu Nati menimpali.

“Biarin aja, sekarang baru deh merasakan sakitnya”, Bu Reko memisahkan sayur mayur yang akan dibelinya.”Mang, udah nih. Berapa? Diskon ya?” Pintanya pada Mamang Roja.

“Emang di mal ada diskon, bu”, Mamang Roja mencuci tangan selepas membersihkan ikan.

“Pelit amat, Mang. Diskon dikit doang!”, sambar Bu Nona sambil menoleh pada Bu Reko.

“Trus, gimana ya, bu? Anak-anaknya sudah dites semua belum? Hasilnya?” Bu Nati penuh selidik.

“Sudah, katanya kemarin didatangi petugas puskesmas. Saya jadi ngeri lewat depan rumahnya, loh,” Bu Reko pelan.

“Iya, harus hati-hati, ya. Mang Roja, jangan lewat depan rumah Bu Yoni, nanti ikut positif, loh”, Bu Nati mengingatkan.

“Masa lewat depan rumah aja bisa menular, bu?” Mang Roja tak percaya.

“Ngeyel aja mamang, ni. Kalau udah positif, repot loh.” Suara Bu Nona keras mengingatkan.

Tiba-tiba.

“Monggo, ibu-ibu,” sambil terus berjalan, Bu Apik menyapa para Ibu di tukang sayur.

“Eh, bu Apiiik, mau kemana?” Bu Reko berteriak memanggil Bu Apik.Bu Apik membalikkan badan sambil menunjuk ke arah rumah Bu Yoni.

“Eh, bu, bu… kesini dulu”, Bu Nona menarik Bu Apik. “Bu Yoni itu positif, bu. Ibu tahu kan?” tanyanya.

“Tahu, bu,” Bu Apik tersenyum dibalik maskernya.

“Trus, ngapain ibu ke sana?” Bu Reko mencari tahu.

“Mau mengantarkan ini, bu. Ada sedikit makanan untuk keluarga Bu Yoni yang sedang isoman”, Bu Apik menunjukkan tas kain pada Bu Reko.

“Eh, bahaya, bu. Nanti tertular”, sahut Bu Reko.

“Tidak, bu. Selama kita tetap mematuhi prokes. Insyaa Alloh aman,” Bu Apik menjelaskan, “lagi pula kita kan sebaiknya saling membantu bila ada tetangga yang kesusahan, iya ga?”

“Coba bayangkan kalau keluarga ibu-ibu yang harus isoman?

Apa yang ibu harapkan dari tetangga?” Lanjut bu Apik.

Bu Reko, Bu Nona, dan Bu Nati manggut-manggut.

“Jadi kita harus gimana, bu? Beneran aman ya, bu?” Bu Nati bertanya.

“Kita bantu apapun yang bisa kita lakukan. Memberi bahan pangan, menghibur dengan mengirimkan cerita seru, misalnya. Atau menyumbangkan mainan, buku cerita untuk anak-anaknya. Atau sekedar bertanya keadaan mereka dari balik pagar, bu. Pasti mereka senang”, Bu Apik menjelaskan penuh semangat.

“Wah iya, ya. Betul juga. Saya setuju dengan Bu Apik”, sahut Bu Reko.

Bu Nona dan Bu Nati pun mengamini.

“Ayo, bu. Kita koordinir ibu-ibu yang lain untuk membantu Bu Yoni, bagaimana?” Bu Apik berbinar.

“Siap, bu! Saya akan kabari ibu-ibu yang lain, ya”, Bu Nona pun bersemangat.

“Silakan, bu. Saya ke rumah Bu Yoni dulu ya, bu. Monggo.” Bu Apik pun meninggalkan ibu-ibu bersama Mang Roja

.#serialKIPA

#KIPAmbassador

#konferensiibupembaharu

#1DekadeIbuProfesional

#semestakaryauntukindonesia

#darirumahuntukdunia

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *