photo of mountain under cloudy sky
Bunda Salihah Ibu Profesional

Scale Up Impact : Is it Beginning Of Rumah Bijak Digital?

Alhamdulillah, atas ijin Allah Ta’ala kita sampai di penghujung perkuliahan Bunda Salihah. Ada yang menyayat di lubuk hati terdalam. Perasaan akan kehilangan keseruan belajar bersama, mengembangkan pengetahuan, memuaskan rasa ingin tahu dan berjuta rasa lain membuat hati ini tak tenang. Apakah ini akan menjadi akhir perjalanan. Wallahu’alam.

Dan di materi terakhir ini, kami diminta membuat jurnal perjalanan tim dan jurnal pribadi. Saya pun melakukan flash back perjalanan bersama tim. Terseliplah rasa haru. Ternyata selama beberapa bulan kami tak pernah bertatap muka, disatukan hanya oleh masalah yang sama. Dan kami bisa melakukannya. Masyaa Allah.

Portofolio tim kami bisa diakses di rumah bijak digital.

Perjalanan membangun tim, berkolaborasi selama beberapa bulan terasa singkat sekali. Kami sebelas ibu yang bertekad memberikan solusi atas masalah sendiri, akhirnya mampu bergerak memberi inspirasi bagi ibu lain yang memiliki masalah yang sama. Pertemuan kami hanyalah di dunia imaji, lewat pesan whatsapp, discord, zoom, alhamdulillah bisa sampai di titik ini. Tantangan demi tantangan sudah kami lewati, keluh kesah dan rasa bosan terkadang menyelinap, tapi bersama dalam tim membuat langkah kami terarah, saling bahu membahu.

Membangun sebuah tim bukanlah hal yang mudah, dan mempertahankan sebuah tim lebih berat lagi. Menyatukan hati sebelas orang bukanlah hal yang mudah. Namun tak ada yang tak mungkin. Meski belum sempurna, saya merasa kami bisa lulus dengan hormat. Alhamdulillah. Barokalloh fiikunna tim rumah bijak digital.

“Tahukah kamu siapa wanita yang kuat itu?

Mereka adalah orang-orang yang kamu lihat membangun satu sama lain, bukannya saling menghancurkan”

Selanjutnya, saya berkaca pada diri sendiri.

Apakah saya layak lulus dari kelas Bunda Salihah?

Tentu saja. Dengan do’a dan usaha yang telah saya lakukan selama ini, saya layak lulus kelas Bunda Salihah. Insyaa Allah. Indikator yang saya gunakan adalah :

  1. problem statement terselesaikan
  2. mindful dalam tim

Bagi saya, kedua indikator tersebut telah terpenuhi.

Poin 1. Yuk, kita tengok jurnal #1 yang berisi problem statement pribadi. Perseteruan dengan kedua anak pra akil balig sudah sangat jarang terjadi. Seiring berjalannya beberapa kegiatan dalam tim dan mencoba menerapkannya dalam rumah, penggunaan gawai dapat dikurangi. Secara sadar, mereka menerima ketika waktu bergawai telah habis. Dan saya tak lelah mengarahkan anak-anak untuk mengambil manfaat yang besar dari gawai. Salah satunya, naklanang mengikuti program kelas bahasa Turki secara intensif. Dan nakgadis serius menggeluti hobi editing gambarnya. Selain itu, kami pun belajar banyak tentang tahsin dan tahfiz Qur’an dari media Youtube. Nakgadis sempat 2 kali mengikuti perlombaan tahfiz Qur’an.

Poin 2. Mindful dalam tim ini adalah bagian yang perlu usaha keras bagi saya. Kebiasaan mengikuti keputusan tim dan malas ber-chat ria dalam wag harus dilawan. Saya pun menerapkan manajemen gawai. Prioritas pada beberapa amanah coba dibenahi kembali. Lalu membuat jadwal menyapa wag berdasarkan prioritas peran. Masyaa Alloh, penuh perjuangan saat itu. Di awal, saya keteteran karena anak-anak bersekolah daring menggunakan ponsel saya, perangkat ponsel ataupun pc kami masih terbatas. Ada 3 orang anak yang daring bersamaan. Saat perangkatnya tersedia pun anak harus diedukasi terlebih dahulu. Masyaa Allah. Pandemi membuat kami perlu beradaptasi cepat. Alhamdulillah saya bisa mindful bersama tim. Saya pikir alasannya adalah saya sebagai Leader, mau tak mau harus berada dalam tim.

Menganbil peran sebagai Leader ini adalah extramiles saya. Saya ingat ketika di belakang layar, saya dan kak Irlin saling dorong untuk menjadi Leader. Saat itu, saya berpikir beberapa kali hingga memutuskan untuk mengajukan diri. Tentu saja setelah persetujuan paksu. Sebagai leader, mau tak mau saya harus berinisiatif, bergerak dan berempati. Bagi saya, keberhasilan seorang leader bukan terletak pada banyaknya program yang berhasil dilaksanakan, tapi seberapa besar kebahagiaan setiap anggota menjalankan perannya. Saya sadar, perilaku saya terhadap anggota tim akan dihisab nanti. Bukan semata kegiatan yang dilakukan tim. Mohon maaf atas segala salah dan khilaf ya, Rubi Digi! Mellow deh.

Selanjutnya, extramiles lainnya adalah saya mengambil peran sebagai nara sumber. Setelah acara Collabs Santuy di FP IP Bekasi tak lagi tayang, ada rasa rindu yang ingin dipenuhi. Saya ingin berbagi hal-hal kecil yang saya pelajari bagi orang banyak. Akhirnya, saya memberanikan diri menjadi nara sumber di acara live Rubi Digi maupun tim lain. Saya bersyukur masih diberi kesempatan berbagi ilmu pengetahuan. Alhamdulillah masih diberi waktu dan kemampuan. Semoga kedepannya, bisa makin meluaskan manfaat bagi para ibu, bersama ibu lain. Rencana tahun depan, semoga bisa membuat forum ibu untuk sekitar rumah. Insyaa Allah.

Baiklah, sekian cerita perjalanan saya bersama tim, menyelami diri dan bersyukur atas anugerah berlimpah yang Allah Ta’ala berikan.

Jurnal ini ditutup dengan tayangan perjalanan Tim Rumah Bijak Digital. Sampai jumpa.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *