decorative flower bouquet on table in sunlight
Catatan Ringan

Apakah Dunia Artifisial Itu? Dapatkah Kita Hidup Di Dalamnya?

Dalam kamus KBBI Artificial atau Artifisial adalah tidak alami, buatan. Kata artifisial menjadi trending belakangan ini melalui istilah AI atau artificial intelligent. Artificial intelligent atau kecerdasan buatan ini merupakan sebuah sistem yang dapat meniru kecerdasan layaknya manusia. Dikutip dari laman infokomputer kini banyak ragam teknologi yang memanfaatkan AI ini. Misalnya saja chatbot yang menggantikan tugas manusia sebagai customer service. Kecerdasaan artifisial ini pun sebenarnya telah diciptakan sejak 1956. Dan kemudian berkembanga hingga kini. Masyaa Allah.

Hal yang bersifat artifisial sendiri hal yang umum dalam kehidupan kita sehari-hari. Tengok saja, ada pemanis buatan dari sakarin, aspartam, dan banyak lagi. Ada juga pewarna buatan untuk tekstil seperti cat tekstil, lalu pewarna makanan buatan dan masih banyak lagi.

Dan di era industri 4.0 ini segala hal yang berbau artifisial menjadi semakin marak. Metaverse salah satunya. Metaverse merupakan dunia virtual 3D yang bisa kita masuki, bukan hanya kita bisa lihat di layar. Melalui ruang tersebut kita bisa ‘bekerja’ di kantor, berinteraksi dengan rekan kerja. Kita juga dapat melakukan perjalanan virtual, mencoba pakaian sebelum membelinya secara online, menghadiri konser virtual, dan lain sebagainya. Dunia artifisial menjadi dunia tanpa batas jelajah melintasi batas geografis, ruang dan waktu. Masyaa Allah. Kita bisa melihat gambaran tentang metaverse dalam tayangan pendiri facebook, Mark Zuckerberg, yang mengumumkan Meta berikut.

Bagaimana? Apakah kamu merasakan seperti yang saya rasakan? Apa pendapatmu setelah melihat tayangan di atas. Saya terpana, WOW, tak bisa berkata selain masyaa Allah.

Lalu, dalam konteks seorang ibu, apa yang ada dalam benakmu setelah melihatnya?

Saya merasa perlu menyiapkan banyak hal bagi anak-anak tercinta. Mungkin itu adalah dunia yang akan mereka temui beberapa tahun mendatang. Selain akan ada hal baik dari kemajuan teknologi tersebut, pastinya akan ada dampak buruk yang perlu diantisipasi. Dan ini adalah tugas saya, kamu dan kita semua. Kenapa?

Karena butuh orang sekampung untuk membesarkan seorang anak

Adalah tanggung jawab kita meninggalkan kebaikan pada anak-anak. Saya tak perlu mengupas banyak akan dampak metaverse pada perubahan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, bahkan hubungan interaksional individu, para ahli telah banyak mengupasnya.

Sejujurnya, ada sedikit cemas menggelayut di sudut hati ini. Dengan dunia internet yang saat ini lekat dengan keseharian saja, masih banyak permasalahan yang harus dihadapi. Dan saya masih memiliki peer dalam menyiapkan filter bagi anak-anak. Saya membayangkan adanya pornografi, aggresifitas dan penyalahgunaan media sosial pun akan berkembang. So, dari pada berkutat dalam cemas, mari kita mulai fokus pada solusi.

Kuatkan Akidah

Akidah adalah keyakinan bahwa Allah Ta’ala adalah esa, tauhid. Keyakinan ini akan meneguhkannya kala suka dan duka melanda. Dan ini adalah mutlak dimiliki pribadi muslim. Dengan tauhid, kita akan senantiasa berada dalam koridor keimanan dan ketaatan. Akidah membuat kita meyakini bahwa dunia ini hanyalah sementara, sehebat, seindah dan semenarik apapun, dunia ini fana. Kita akan kembali kepada-Nya dan dimintai pertanggung jawaban. Yup, setiap perilaku kita di dunia maya maupun di dunia nyata akan dimintai pertanggung jawaban dan senantiasa dalam pengawasan Allah Ta’ala.

Maka menumbuhkan akidah agar kuat tertanam dalam diri anak-anak adalah tugas setiap orang tua. Yuks, bersama-sama menciptakan lingkungan berakidah bagi anak-anak.

Temanmu Menunjukkan Siapa Dirimu

Memilih teman merupakan bagian dari tugas ayah ibu. Kita seringkali luput dalam hal ini. Teman adalah lingkungan kecil setelah keluarga. Teman pun banyak memberikan pengaruh pada anak. Dunia tanpa batas akan mempertemukan kita dengan banyak manusia dengan beragam karakteristik. Maka mengajarkan anak untuk membangun pertemanan dengan teman-teman yang saling mendukung dalam kebaikan adalah tugas selanjutnya.

Berpikir Fleksibel

Pada situasi tertentu, kita tidak selalu bisa bersama anak-anak. Mereka mungkin akan dihadapkan pada berbagai hal yang tidak kita temui atau hadapi saat ini. Karenanya, diperlukan kelenturan dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah. Kelenturan berpikir ini dapat dilatih dengan sering menghadapkan anak-anak pada masalah yang beragam. Pada anak-anak pra akil balig, mungkin orang tua tidak perlu terlalu banyak terlibat dalam masalah yang mereka hadapi. Orang tua sebagai fasilitator kehidupan yang mengajak anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Tampak mudah bkan? Kenyataannya tak semudah itu membiarkan anak-anak dengan masalahnya. Bersabar ya, bunda. Saat ini kita bisa membersamai dan mengajak anak berefleksi atas pemecahan masalah yang mereka ambil.

Oke, kurang lebih 3 hal di atas yang masuk dalam catatan pe-er saya. Hehehe. Bagaimana denganmu, bunda? Saya akan sangat senang sekali bila kita bisa berdiskusi tentang hal ini. Yuks, sama-sama membangun generasi yang kuat jiwa dan raganya!

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *