Assalamu’alaikum, bunda. Apa kabar dirimu? Apa yang kamu lakukan hari ini? Nah, biasanya kalau ditanya ini, ada yang malu-malu meong. Saya ga ngapa-ngapain, ga menghasilkan sesuatu, cuma di rumah aja, ga buat blog, qiqiqiqi. Abaikan yang terakhir ini ya!
Eittss…sebelum melebar pada saya mah ga, saya mah ga bisa, saya kan ga, dan lainnya. Tahan ya. Berarti saya yang salah bertanyanya. Berapa gunungan cucian sudah kamu taklukkan? Berapa putaran cucian piring sudah kamu selesaikan? Berapa kali thawaf sambil pegang sapu di rumah?
Pertanyaan lanjutan, berapa kepala yang akan tersenyum melihat rumah rapih? Berapa kepala yang berterima kasih karena ada alas makan bersih yang selalu tersedia? Berapa banyak senyuman sang pemakaian pakaian yang sudah kita lipat tadi? Jangan minder, bunda.
Para pejuang, para ilmuwan, para pemimpin dunia itu bisa berangkat dengan kepala tegak karena kita yang menyiapkan semua kebutuhannya, kita yang mengatur dan menjadi bagian dari keberhasilan mereka. Bila tak ada untaian terima kasih yang terucap, maka cukuplah malaikat yang mencatat semua amalanmu, bunda.
Eniwey, eniwey, maksud dari pembicaraan di atas, kita sering kali merasa tidak pede dengan peran Ibu Rumah Tangga. Nah, kali ini kita akan berbicara tentang Self Confidence. Apa emak-amak masih layak berbicara tentang Self Confidence? Apa emak-emak dengan daster di rumah bisa self confidence?
Oo, tentu bisa. Self Confidence milik semua orang. Tidak pandang genre, status sosial, usia, jenis kelamin atau warna kulit, loh. So, be happy mom, you can be confidence!
Self Confidence
Setiap orang dapat percaya diri. Kenapa? Karena Self Confidence adalah sebuah kemampuan, yup, kemampuan. Berarti ia dapat dilatih,
Self confidence is ability to belief in yourself that you can accomplish a task or an activity
Kurang lebih demikian pengertian self confidence yang disampaikan para ahli. Selalu terbuka kesempatan untuk percaya diri. Bahkan seorang ibu rumah tangga pun, selama ia meyakini dirinya dapat melakukan sebuah aktivitas dengan baik. Coba kita buat daftar, apa saja hal baik yang sudah kamu lakukan di rumah bunda?
Menyiapkan menu makanan yang sehat dan bergizi
Merapikan lemari pakaian hingga penghuni rumah dapat dengan mudah menemukan pakaian mereka
Merapikan rumah hingga layak ditinggali anak-anak dan suami
Menemani anak bermain alfabet
Memastikan semua pakaian kotor dicuci dengan bersih dan harum
Memastikan abang ojol sampai saat jam makan tiba
Menyuapi balita dengan penuh kesabaran
Wow, daftar ini masih bisa terus memanjang ya, bun.
Tapi itu semua kegiatan yang receh. Isshh, siapa bilang receh! Dari tanganmulah anak-anak ceria berangkat ke sekolah. Dari sentuhanmulah suami pergi bekerja dengan kepala tegak. Mereka bahagia karena kebutuhannya terpenuhi. Tak pernah ada kegiatan yang kecil, bunda.
Kenapa Self Confidence Penting?
Pertanyaan ini mungkin terlontar kembali saat ada keraguan dalam diri Bunda. Ga apa-apa, yuk kita coba cari tahu!
Sebagai seorang ibu, kepercayaan diri akan tampil dan dirasakan oleh anak-anaknya dan suami di rumah. Ibu adalah pemberi contoh bagi anak-anaknya. Dengan self confidence maka ia akan menjalani perannya dengan penuh kebahagiaan. Dan optimis dalam menjalani aral rintangan kehidupan. Positive vibes ini tentunya akan dirasakan oleh anak-anak dan suaminya. Anak-anak dan suami pun akan bahagia.
Selain itu, ia akan menjadi role model bagi anak perempuannya. Ibu menanamkan nilai-nilai yang selayaknya dimiliki anak dalam kehidupan. Dan ini akan dibawa anak-anaknya dalam bersosialisasi di lingkungan sosial.
Sebagai perempuan, dimana permasalahan gender masih menjadi issue dalam berbagai lini kehidupan. Maka kepercayaan diri ini diperlukan untuk menampilkan keberhargaan seorang perempuan. Perempuan tentunya memiliki hak yang sama dalam berkarya, mendapat pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Saya teringat pada seorang ibu yang menjual kue-kue basah di depan komplek perumahan. Kiosnya yang mungil tampak besar dengan senyum dan kesigapannya melayani pembeli. Kiosnya selalu dipenuhi para pemburu sarapan di pagi hari. Saking penuhnya, kiosnya dipenuhi punggung para pembeli. Biasanya saya berusaha datang sepagi mungkin agar kue-kue incaran saya masih tersedia dan tidak perlu berdesakan dengan pembeli lain. Tadinya ia menjual hanya beberapa varian kue basah hasil olahannya sendiri. Seiring berjalannya waktu, varian bertambah dengan mulai adanya titipan kue-kue dari keluarganya sendiri, lalu bertambah lagi dengan titipan kue-kue dari orang lain. Bahkan tak hanya kue, kini ada juga lauk matang.
Masa-masa pandemi adalah masa sulit bagi kita semua. Saya masih sering mampir ke kiosnya. Kiosnya tak seramai seperti sebelumnya, beberapa varian kue pun tidak lagi ada. Dan ia masih memperlakukan saya sama dengan sebelumnya. Sorot mata menyala penuh semangat dan sigap melayani. Dan saat saya tanyakan bagaimana penjualan kue selama pandemi, hanya ucapan optimisme dan syukur yang keluar dari lisannya.
Saya melihat kepercayaan dirinya masih sama. Wah, salut ya! Jadi apa yang menghalangi untuk Self Confidence?
Bagaimana Melatih Self Confidence
Di era industri 4.0 ini tentunya kita akan mudah menemukan berbagai referensi untuk menjadi percaya diri. Dan pastinya kita bisa mencobanya dan menerapkan dalam keseharian. Yang diperlukan hanyalah usaha dan keyakinan.
Dari banyaknya referensi, saya mencatat beberapa hal yang menurut saya mudah untuk dilaksanakan. Silakan disimak!
Repeat
Repeat alias pengulangan. Yup, diulang sama juga dilatih. Ingat, practice makes perfect! Malcolm Goldwell mengemukakan untuk menjadi mahir kita memerlukan jam terbang sekitar 10.000 jam latihan. Dan ini ada benarnya. Kita bisa lihat contonya adalah para atlet. Mereka yang rajin berlatih akan memiliki kepercayaan yang tinggi saat memasuki sebuah arena pertandingan. Seseorang yang melatih kemampuan menulisnya setiap hari akan berbeda karya tulisannnya dengan yang menulis sebulan sekali. Dan kita pun berkaca ya, bunda. Akan beda kepercayaan diri kita saat merawat anak pertama dengan anak kedua, ketiga dan seterusnya. Iya ga? Saya merasakan demikian. Anak pertama masih takut memandikan sendiri, anak kedua mulai berani memandikan sendiri, anak ketiga apalagi, telah terbiasa. Seorang pendaki gunung yang telah berulang kali naik turun gunung di trek yang sama, ia kemungkinan kecil untuk tersesat. Ia telah hapal medan yang dihadapinya.
Bunda, yuk kita pilih satu keahlian yang ingin kita kuasai. Lakukan dari hal sederhana dan ulangi terus menerus, hingga kita menguasainya. Tentu saja, jangan mudah menyerah ya! Bayangkan kalau Alfa Edison menyerah di kegagalan pertamanya, apa yang akan terjadi? Demikian juga JK Rowling. Bayangkan bila ia berhenti menulis ketika penerbitan pertama yang didatanginya menolaknya. Mmm…apa akan ada Harry Potter? So, jangan menyerah di kegagalan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya hingga kita mencapai keberhasilan. Bismillah yuk, kita niatkan Lillahi Ta’ala.
Self Talk
Self Talk yang bersifat afirmasi positif akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan Self Confidence. Ingat masa kuliah ga, Bun? Kalau dosen mulai bertanya, di pojokan hati ini bergumam “jangan saya, jangan saya…”, atau “semoga bu dosen tidak melihat saya” atau “i’m invisible”. Pernah demikian? Ini saya aja mungkin ya. Hahaha. Nah ini adalah self talk yang NEGATIF. Tidak boleh diulangi ya, bun. Sambil berkaca pada diri sendiri. Bunda tahu, kita adalah kapten atas diri kita sendiri. Bila bukan kita yang memberikan penilaian positif pada diri sendiri, siapa lagi? Iya kan? Hayuklah, belajar memberikan afirmasi positif pada diri sendiri, jangan biarkan diri merana sendirian di pojokan sana.
Pikiran mempengaruhi perasaan, perasaan mempengaruhi perilaku. Be positive!
Self Confidence Letter
Pernah memperhatikan para atlet menggunakan hand band alias gelang di tangan dengan berbagai kata positif? Yup, seperti STAY STRONG, JUST DO IT, PLAY FAIR, apa lagi ya? coba di list. Nah, ini merupakan salah satu cara atlet untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Saat mulai lelah dan tertinggal, ia cukup menatap gelangnya, dan membaca kata positif yang ada. Ini merupakan salah satu cara yang dilakukan saat mereka mulai kehilangan kepercayaan diri. Kita bisa melakukannya juga, bunda. Apalagi gelang seperti itu banyak dijual bebas. Nah, cara lainnya adalah dengan membuat Self confidence Letter.
Apa lagi ini? Ini mudah sekali. Ini adalah sebuah surat penghargaan dari kita untuk diri sendiri. Surat penghargaan ini berisi, pencapaian atau keberhasilan yang sudah kita lakukan selama ini. Misalnya, berhasil menyapih tanpa drama, mengajarkan anak bersepeda roda 2, atau memiliki suami yang penyayang. Dan pastinya banyak lagi. Dan kala jiwa ini di dera rasa minder, tak percaya diri, silakan dikeluarkan Self Confidence Letter itu sebagai penguat hati. Bahwa kita bisa berhasil dan kita bisa terus berusaha. Semoga dengan demikian, akan kembali memotivasi diri dan meningkatkan semangat.
Mudahkan? Semoga bisa dilakukan dan diaplikasikan pada kehidupan bunda. Dan yang terpenting, mohonlah kepada Sang Pemilik Hati, karena Ia-lah Maha Pembolak-balik Hati dari kegalauan ke optimis, ataupun sebaliknya. Wallahu’alam.
Semoga bermanfaat!
Thx You ya mbak. membantu untuk memnumbuhkan seft confident yang kadang lemah