A cup of hot coffee
Ibu Pembaharu

Coffee For Change : Bijak Berteknologi Dimulai Dalam Keluarga

Alhamdulillah, ini adalah Coffee For Change Rumah Bijak Digital yang pertama. Sejak awal Ibu Septi Peni memberikan informasi kegiatan ini, ada rasa galau di hati. Apakah mungkin kami bisa melakukannya? Sebab beberapa bulan ke belakang, sejak lulus dari perkuliahan, kegiatan di rubi digi cenderung vakum. Rencana kegiatan yang sudah kami diskusikan tidak berjalan. Sebagai leader saya pun enggan bila selalu “menagih” tugas teman tim.

Akhirnya, saya bulatkan tekad. Apapun yang terjadi, saya akan tetap mencoba menjalaninya. Salah satu harapan saya, semoga kegiatan ini dapat mengikatkan emosi di antara kami kembali. Bismillah.

Saya pun membuka diskusi di wag tentang nara sumber yang bisa kami angkat. Tidak ada respon dari teman-teman. Tak patah semangat, tetap berbaik sangka. Lalu, saya mengusulkan Asrilla Noor, teman kuliah yang saya mengenal sepak terjangnya saat ini. Saya berikan tautan untuk mba Asrilla Noor, dan agak lambat responnya. Akhirnya singkat cerita, dari obrolan di wag yang selow, saya bulatkan tekad untuk menjalankan kegiatan ini.

Dan akhirnya, setelah perangkat zoom terisi, melakukan gladi resik, alhamdulillah acara ini berjalan dengan lancar. Mba Rilla sebagai nara sumber penuh semangat, dan semangatnya itu pun bisa kami rasakan. Sebagai tim, di belakang layar penuh dengan kejutan. Operator yang sedianya ada 2 orang, di pagi harinya, 1 orang berhalangan karena keluarganya ada yang meninggal. Dan ditengah-tengah acara, operator semata wayang kami mengalami mati listrik. Jaringan wifi dan komputer tidak bisa aktif. Saya langsung mengambil alih tugas operator. Masyaa Alloh. Penuh ketegangan, tapi kami bisa melaluinya dengan tenang. Sejak awal sudah berupaya membuat rencana A, B, dan C. Ini merupakan antisipasi saat terjadi kendala di dalam maupun di luar tim.

Apresiasi terbesar saya sampaikan kepada teman-teman dalam tim Rumah Bijak Digital. Apa yang terjadi selama acara kemarin, menjadi catatan tersendiri bagi saya. Kami masih solid, perlu kegiatan bersama untuk tetap menyatukan hati kami, Alhamdulillah.

Terima kasih Ibu Septi Peni untuk tantangannya. We did it. Alhamdulillah.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *