Marah dalam kamus KBBI marah1/ma·rah/ a sangat tidak senang (karena dihina, diperlakukan tidak sepantasnya, dan sebagainya); berang; gusar: aku — mendengar ucapannya yang kasar itu; bangkit (naik — , timbul — ), ki menjadi marah. Marah adalah kata sifat. Saya baru menyadarinya, loh. Ia akan menjadi kata kerja ketika menjadi memarahi, marah-marah, atau memarahkan. Nah, mari berkaca, kita sering menggunakannya sebagai kata kerja atau kata sifat? Tarik napas, bagi kamu marah kata kerja atau kata sifat?
Biasanya marah dapat ditandai dengan jantung berdebar, bola mata membesar, keringat dingin, wajah memerah. Pada kondisi tertentu, setelah marah meledak keluar, ada rasa bersalah yang menggelayut. Pernah merasakan seperti ini? Biasanya setelah marah pada anak, betul tidak? Saya sering merasa bersalah ketika memandang tatapan mata mereka yang polos dan takut melihat ibunya marah. Kalau kamu, bagaimana pengalaman yang pernah kamu alami?
Marah, kenapa saya mau bercerita tentang ini? Ada 6 Emosi dasar menurut Paul Ekman yaitu terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan sedih. Dari keenam emosi dasar itu, marah merupakan emosi yang bersifat destruktif. Marah menyebabkan banyak kerusakan bagi diri sendiri, orang lain, bahkan bagi kehidupan di dunia ini. Perhatikan bagaimana peperangan itu terjadi, berawal dari kemarahan. Marah sendiri dapat membuat kondisi fisik seseorang terganggu dengan munculnya berbagai penyakit. Sebut saja, darah tinggi, stroke, jantung dan lainnya. Dan tentu saja, marah pun akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang.
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Sumber: muslim.or.id
Bahkan Allah Ta’ala memasukkan orang yang menahan amarah sebagai kategori orang yang bertakwa. Tidakkah kita ingin menggapai derajat takwa itu. Dan pastinya tidaklah mudah. Setuju kan? Coba kamu ingat, kapan terakhir kali kamu marah? Kalau ternyata tidak berapa lama yang lalu, mungkin ini saatnya kita belajar untuk mengenal marah.
Mengenal marah? Yups!
Tak ada yang sia-sia diciptakan oleh Allah Ta’ala. Termasuk emosi marah ini. Marah adalah ciptaan Allah yang kita harus terima, sadari dan kita kelola. Bagaimana sebuah kemarahan itu dapat membawa kita pada derajat takwa bila kita tak mengenalnya. Marah bukanlah hal yang tabu atau dilarang. Kita ingat bagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berada dalam situasi marah. Marah adalah emosi yang harus kita terima, tugas kita adalah menempatkannya dengan cara yang baik, yang tidak merugikan atau merusak diri sendiri maupun orang lain. Pada saat kita memendam amarah, ini pun akan berpengaruh pada gangguan kecemasan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah.
Sebagai orang tua, amarah dapat mempengaruhi hubungan kita dengan anak, dan sebagai istri atau suami, dapat mempengaruhi hubungan dengan pasangan. Marah pun bukanlah penyelesaian masalah yang mumpuni, bahkan seringkali menimbulkan masalah baru. Bahkan bisa menjadi berlarut-larut dan berulang. Suasana emosi ini mempengaruhi ruang kehidupan dalam keluarga. Dan tentunya memberikan pengaruh pada anak-anak kita yang melihat dan mendengarnya. Anak-anak bisa meniru perilaku marah tadi dan pastinya tidak merasa nyaman dengan keadaan rumahnya. Kondisi yang tidak menyenangkan ini, bila terjadi secara berkepanjangan akan menimpulkan rasa tidak percaya diri, insecure, mudah tersulut emosi dan kesulitan dalam menjalin relasi sosial.
Kenapa Marah?
Pastinya banyak alasan atau penyebab kita marah. Ada kondisi fisik dan psikis yang melatarbelakangi seseorang marah. Kondisi fisik yang bisa menyulut kemarahan diantaranya lapar, lelah, capek, kurang tidur dan lainnya. Sedangkan kondisi psikologis yang bisa menyertai marah diantaranya depresi, cemas, gangguan psikologis tertentu, rasa diremehkan, dan lain sebagainya.
Marah juga bisa terjadi saat beberapa kondisi di atas terjadi bersamaan. Misalnya saja saat Ibu merasa lelah merapikan rumah yang tak kunjung selesai, rasa lapar karena menunda makan, dan perilaku anak yang terus menempel pada ibu. Dan anak menjadi target kemarahan ibu. Anak seringkali menjadi obyek kemarahan orang tua karena mereka pihak yang lemah. Saat saya menuliskan ini, beberapa kali hati ini menjadi ciut, beristigfar, memohon ampun atas apa yang pernah saya lakukan pada anak-anak.
Sungguh marah itu telah menciptakan jarak antara manusia yang satu dengan yang lain. Dan saya tak ingin terjadi pada saya dan anak-anak juga suami, karenanya saya ingin mengenal marah ini. Semata karena saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik, menggapai takwa semata karena Allah Ta’ala. Mari kita ciptakan dunia yang lebih baik dengan kemampuan mengelola kemarahan secara elegan. Maasyaa Allah.
[…] kita sudah membahas tentang apa dan kenapa Marah, kamu bisa lihat di sini ya. Sekarang kita lebih mendalam lagi yuk! berkenalan dengan Marah alias Anger ini. Kita akan […]