Alhamdulillaah, perjalanan panjang kegelisahan hati terjawab sudah. Saya sudah lupa kapan pertama kali saya tertarik mempelajari psikologi islami. Sekilas yang saya ingat, saat membeli buku psikologi islami (lupa judul tepatnya) karya bapak Hana Jumhana saat kuliah S1 program Psikologi di Bandung. Seiring berjalannya waktu, terlupakan. Terkadang terbersit dalam pikiran yang menyebabkan sering galau dalam menerapkan ilmu psikologi. Dan perasaan gelisah ini semakin terasa ketika menikah, berumah tangga dan memiliki anak. Banyak hal yang bertentangan dengan agama Islam yang kami pegang sebagai panduan kehidupan.
Kegelisahan ini berujung pada keengganan saya untuk memakai label Psikolog. Saya khawatir apa yang saya sampaikan bertentangan dengan syariat agama. Dan di kehidupan sehari-hari, terutama dalam mengamati tumbuh kembang anak, membersamai anak-anak menuju kematangan, rasa gelisah ini semakin mengganggu.
Kenapa Psikologi Islam Kurang Dikenal?
Di Indonesia kita tidak familiar dengan psikologi islam. Mungkin ada sedikit sungkan untuk menyuarakannya. Ini yang saya rasakan sebelumnya. Rasanya lebih keren saat bercerita tentang Psikologi Barat. Mungkin karena tokoh-tokoh dan teori-teori psikologi barat sudah lebih banyak dikenal juga. Misalnya tentang teori-teori Psikoanalisa, teori Behavioral, dan masih banyak lainnya. Sebut saja berikut diantara tokoh-tokoh psikologi barat yang terkenal, Sigmund Freud, Jung, Roger, dan masih banyak nama-nama pakar psikologi yang tenar tidak hanya dikalangan psikolog, tapi juga di masyarakat awam.
Pada saat bertemu dengan teman atau klien yang meminta bantuan untuk mengatasi masalah, seringkali saya galau kembali. Konsultasi terkait masalah pernikahan dan self development yang mewarnai pertanyaan mereka. Pengetahuan keilmuan tentang psikologi yang selama ini dipahami terasa sulit diterima dan dijalankan, terutama berbenturan dengan budaya dan keagamaan. Bagaimanapun, agama merupakan ruh dalam menjalankan kehidupan ini. Dan saya berada dipersimpangan antara agama dan keilmuan (dalam hal ini ilmu psikologi barat).
AHA MOMENT
Hingga pada satu periode, saya menemukan video Nouman Ali Khan tentang ilmu. Pada dasarnya setiap ilmu yang ada di alam ini adalah atas hidayah Allah Ta’ala, dan Allah ta’ala adalah pemiliknya. KIta tidak bisa membedakannya antara ilmu sekuler dan ilmu agama. Islam mengajarkan, agama adalah panduan kehidupan, Islam itu sempurna. Yap, tak mungkin ilmu datang karena kemampuan manusia, sejatinya Allah-lah yang mengijinkan kita memiliki pemahaman akan ilmu tersebut. Allahu’alam.
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (QS. Al Baqorah 2 : 31)
Start The Journey
Dari sini, dimulailah pencarian saya. Berdo’a kepada Allah Ta’ala agar diijinkan dan diberikan kemampuaan memahami ilmu-ilmu psikologi berlandaskan Al qur’an dan As sunnah. Perjalanan ini awalnya sekedar dan seadanya saja. Namun, apalah artinya sekedar ini, jika kita memiliki keinginan besar untuk mampu memahaminya. Maka, saya bulatkan tekad untuk serius mempelajarinya.
Dan perjalanan baru dimulai ketika tekad bulad mencari lembaga yang menyediakan pembelajaran Islamic Psychology. Dari pencarian di internet, saya berkenalan dengan Al Balagh Academy. Here we go, running level 2 right now. Alhamdulillah.
So, apa saja yang dipelajari? Lanjut di postingan selanjutnya yaa.